Rabu, 25 Mei 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MENINGITIS

A. Pengertian

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system syaraf pusat. (Suriadi, 2001).

Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges dan CSF (Wong, 2003).

B. Etiologi

Ø Bakteri

Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enteric gram negatif, batang gram negatif dan streptokokus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah haemophilus influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningitidis atau infeksi stafilokokus.

Ø Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

Ø Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi

Ø Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan system persarafan.

C. Patofisiologi

Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer atau dapat langsung masuk CSF.

Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel – sel sebagai respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri – bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang sub arachnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan tekanan intra cranial. Eksudat akan mengendap di otak, syaraf-syaraf spinal dan spinal. Sel – sel meningeal akan menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan encephalitis dan ganggguan neurologi lebih lanjut (Wong, 2003 dan Pillitteri, 1999).


D. Manifestasi Klinis

1. Neonatus

Ø Demam

Ø Letargi

Ø Iritabilitas

Ø Refleks hisap buruk

Ø Kejang

Ø Tonus buruk

Ø Diare dan muntah

Ø Fontanel menonjol

Ø Opistotonus

2. Bayi dan anak kecil

Ø Letargi

Ø Iritabilitas

Ø Pucat

Ø Anoreksia

Ø Mual dan muntah

Ø Peningkatan lingkar kepala

Ø Fontanel menonjol

Ø Kejang

3. Anak lebih besar

Ø Sakit kepala

Ø Demam

Ø Muntah

Ø Iritabilitas

Ø Fotofobia

Ø Kaku kuduk dan tulang belakang

Ø Tanda Kernig positif

Ø Tanda Burzinski positif

Ø Opistotonus

Ø Konfusi

Ø Kejang

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pungsi lumbal dan kultur CSS

Ø Jumlah leukosit (CBC) meningkat

Ø Kadar glukosa darah menurun

Ø Protein meningkat

Ø Tekanan cairan meningkat

Ø Asam laktat meningkat

Ø Glukosa serum meningkat

Ø Identifikasi organisme penyebab

2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab

3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab

4. Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab

5. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi ; Na+ naik dan K+ turun

6. Osmolaritas urin, meningkat dengan sekresi ADH

F. Komplikasi

Ø Hidrosefalus obstruktif

Ø Meningococcal septicemia (meningocemia)

Ø Sindrom Water-Friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)

Ø SIADH (Syndrome Inappropiate AntidiureticHormone)

Ø Efusi subdural

Ø Kejang

Ø Edema dan herniasi serebral

Ø Cerebral Palsy

Ø Gangguan mental

Ø Attention deficit disorder

Ø Tuli

Ø Buta

G. Penatalaksanaan

Ø Isolasi

Ø Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi

Ø Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral

Ø Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi heparin pada anak yang mengalami DIC

Ø Mengontrol kejang : pemberian anti epilepsi

Ø Mempertahankan ventilasi

Ø Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial

Ø Penatalaksanaan syok bakterial

Ø Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim

Ø Memperbaiki anemia

H. Pengkajian keperawatan

Ø Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma, riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala

Ø Pengkajian neurologik

Ø Kaji status hidrasi

Ø Kaji adanya defisit sensoris

Ø Kaji respon keluarga


I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra kranial

2. Hipertermia b.d proses infeksi

3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran

4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral

5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah

J. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan kranial

Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang atau terkontrol

Intervensi/rasional :

Ø Ciptakan lingkungan yang tenang

Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan

Ø Tingkatkan tirah baring

Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

Ø Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit

Rasional : menurunkan iritasi meningeal

Ø Kolaborasi : pemberian analgetik

Rasional : menghilangkan nyeri yang berat

2. Hipertermi b.d proses infeksi

Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal

Intervensi /rasional :

Ø Ukur suhu badan anak setiap 4 jam

Rasional : suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius

Ø Pantau suhu lingkungan

Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal

Ø Berikan kompres hangat

Rasional : Untuk mengurangi demam

Ø Berikan selimut pendingin

Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C

Ø Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik

Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus

3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran

Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi persepsi

Intervensi/rasional :

Ø Kaji tingkat kesadaran sensorik

Rasional : Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan resiko terjadinya injury

Ø Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot dan reflek-reflek tertentu

Rasional : Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan dapat berpengaruh terhadap keamanan pasien

Ø Hilangkan suara bising

Rasional : Menurunkan stimulan dari lingkungan

Ø Bicara dengan suara yang lembut dan pelan

Rasional : dapat membantu pasien dalam berkomunikasi

4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral Kriteria hasil : Perfusi jaringan serebral maksimal

Intervensi :

Ø Observasi tingkat kesadaran dan nilai status neurology setiap 1-2 jam

Rasional : Berguna untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran kerusakan serebral

Ø Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, kejang

Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningeal

Ø Pantau tanda vital

Rasional : kehilangan fungsi autoregulasi mungkin dapat mengikuti kerusakan vascular serebral

Ø Pantau pola dan irama pernafasan

Rasional : dapat mengindikasikan peningkatan TIK

Ø Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan

Rasional : untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan TIK

Ø Kolaborasi dengan tim medis : pemberian steroid, asetaminofen

Rasional : Dapat menurunkan permeabilitas kapiler sehingga pembentukan edema serebral dapat diminimalkan

5. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah

Kriteria hasil : Masukan nutrisi adekuat

Intervensi/rasional :

Ø Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi

Rasional : Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan

Ø Timbang BB setiap hari

Rasional : Menunjukkan status nutrisi

Ø Auskultasi bising usus

Rasional : Menentukan respon makan atau berkembangnya komplikasi

Ø Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan

Ø Kolaborasi dengan tim gizi

Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien

K. Discharge Planning

Ø Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping

Ø Ajarkan bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat ; makanan rendah lemak

Ø Jelaskan pentingnya istirahat

Ø Ajarkan cara mencegah infeksi

Ø Ajarkan pada orang tua untuk memantau komplikasi jangka panjang serta tanda dan gejalanya

0 komentar: