Senin, 29 November 2010

PERAWAT ISLAM PERTAMA DI ZAMAN RASULULLOH MUHAMMAD SAW

Dunia keperawatan mengenal tokoh Florance Nightiangle sebagai pelopor dunia keperawatan. Seluruh dunia mengenang jasa-jasanya dalam dunia keperawatan, sampai sekarang. Sebagai seorang muslim, kita juga mempunyai tokoh yang menjadi pelopor dunia keperawatan Islam. Ia adalah Rufaidah binti Sa’ad, yang merupakan perawat Islam pertama sejak zaman Rasulullah. Rufaidah binti Sa'ad merupakan perawat muslim pertama dizaman rasulullah SAW. Wanita berhati mulia ini bernama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al Khazraj. Beliau lahir di Yastrib dan tinggal di Madinah. Rufaidah termasuk kaum Anshar, yaitu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja membantu ayahnya yang berprofesi sebagai seorang dokter.



Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.


Ketika perang Badr, Uhud, Khandaq, dan perang khaibar, Rufaidah menjadi sukarelawan yang merawat korban terluka akibat perang. Beberapa kelompok wanita dilatihnya untuk menjadi perawat. Dalam perang Khaibar, mereka minta ijin kepada Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran agar dapat merawat mereka yang terluka, dan Rasulullah SAW mengijinkannya. Ketika damai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Kemudian berkembang, dan berdirilah Rumah Sakit lapangan yang terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Tercatat pula dalam sejarah saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa'ad bin Ma'adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis (Omar Hassan, 1998).

Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian luhur dan empati yang memberikan pelayanan keperawatan dengan baik pada pasien. Beliau memberikan mental. Sentuhan sisi kemanusiaan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan kemanusiaan (human touch) berjalan seimbang. Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, namun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996). Beliau juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan.

Sejarah islam mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti :
• Ummu Ammara,
• Aminah,
• Ummu Ayman,
• Safiyat,
• Ummu Sulaiman, dan
• Hindun.

Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah :
• Ku'ayibat,
• Aminah binti Abi Qays Al Ghifari,
• Ummu Atiyah Al Ansariyat, dan
• Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat.

Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat ketika masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah :
• Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat,
• Aminah binti Qays al Ghifariyat,
• Ummu Atiyah Al Anasaiyat,
• Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat,
• Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.

Subhanallah, ternyata Islam juga mempunyai peran dalam perkembangan ilmu keperawatan. Bahkan sejak zaman Rasulullah sudah mulai berkembang dengan munculnya perawat-perawat muslim pada masa itu. Kita harus bangga dengan sejarah yang kita punya, dengan itu semangat kita terus bertambah untuk melanjutkan perjuangan mereka memajukan dunia keperawatan sebagai perawat muslim. (KKI red)

PERAWAT ISLAM PERTAMA DI ZAMAN RASULULLOH MUHAMMAD SAW

Dunia keperawatan mengenal tokoh Florance Nightiangle sebagai pelopor dunia keperawatan. Seluruh dunia mengenang jasa-jasanya dalam dunia keperawatan, sampai sekarang. Sebagai seorang muslim, kita juga mempunyai tokoh yang menjadi pelopor dunia keperawatan Islam. Ia adalah Rufaidah binti Sa’ad, yang merupakan perawat Islam pertama sejak zaman Rasulullah. Rufaidah binti Sa'ad merupakan perawat muslim pertama dizaman rasulullah SAW. Wanita berhati mulia ini bernama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al Khazraj. Beliau lahir di Yastrib dan tinggal di Madinah. Rufaidah termasuk kaum Anshar, yaitu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja membantu ayahnya yang berprofesi sebagai seorang dokter.



Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.


Ketika perang Badr, Uhud, Khandaq, dan perang khaibar, Rufaidah menjadi sukarelawan yang merawat korban terluka akibat perang. Beberapa kelompok wanita dilatihnya untuk menjadi perawat. Dalam perang Khaibar, mereka minta ijin kepada Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran agar dapat merawat mereka yang terluka, dan Rasulullah SAW mengijinkannya. Ketika damai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Kemudian berkembang, dan berdirilah Rumah Sakit lapangan yang terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Tercatat pula dalam sejarah saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa'ad bin Ma'adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis (Omar Hassan, 1998).

Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian luhur dan empati yang memberikan pelayanan keperawatan dengan baik pada pasien. Beliau memberikan mental. Sentuhan sisi kemanusiaan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan kemanusiaan (human touch) berjalan seimbang. Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, namun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996). Beliau juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan.

Sejarah islam mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti :
• Ummu Ammara,
• Aminah,
• Ummu Ayman,
• Safiyat,
• Ummu Sulaiman, dan
• Hindun.

Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah :
• Ku'ayibat,
• Aminah binti Abi Qays Al Ghifari,
• Ummu Atiyah Al Ansariyat, dan
• Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat.

Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat ketika masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah :
• Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat,
• Aminah binti Qays al Ghifariyat,
• Ummu Atiyah Al Anasaiyat,
• Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat,
• Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.

Subhanallah, ternyata Islam juga mempunyai peran dalam perkembangan ilmu keperawatan. Bahkan sejak zaman Rasulullah sudah mulai berkembang dengan munculnya perawat-perawat muslim pada masa itu. Kita harus bangga dengan sejarah yang kita punya, dengan itu semangat kita terus bertambah untuk melanjutkan perjuangan mereka memajukan dunia keperawatan sebagai perawat muslim. (KKI red)

Minggu, 28 November 2010

Jenggot Dalam Pandangan Islam

A. Mukadimah



Ada fenomena menarik dalam kehidupan berislam Umat Islam hari ini. Gelombang syiar Islam sangat marak di seluruh pelosok dunia, mulai dari maraknya muslimah berjilbab, bank syariah, peraturan daerah anti maksiat, kembalinya sebagian daerah untuk menerapkan syariat Islam, dan tidak ketinggalan bagi kaum laki-laki adalah jenggot (bahasa Arabnya Lihyah); yang oleh sebagian kalangan umat Islam dianggap kewajiban agama dan syiar, namun ada juga yang masih menganggapnya aneh dan asing.



Hampir seluruh aktifis dan pejuang Islam, baik tingkat dunia yang terinspirasi dan dimotori oleh Ikhwanul Muslimin (Mesir), Salafi (Arab Saudi), Hizbut Tahrir (Jordania), dan Jamaah Tabligh (Pakistan), kaum laki-laki mereka tidak lupa dengan sunah jenggot ini. Tak ketinggalan tentunya, aktifis Islam dalam negeri baik yang berasal dari Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Al Irsyad, dan lain-lain, walau tidak segetol aktifis yang terinspirasi dari luar negeri tersebut.



Jadi, amat keliru menganggap ‘jenggot’ adalah kebiasaan kelompok Islam tertentu saja, sebab jenggot adalah hal biasa yang dilakukan oleh hampir seluruh pejuang Islam, sejak zaman Rasulullah, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, Imam empat madzhab, dan seluruh ulama Ahlus Sunnah wal jamaah hingga hari ini. Banyak orang yang tidak mengerti, karena memang mereka awam, akhirnya salah faham atau menuduh bahwa jika ada yang berjenggot pastilah orang Jamaah Tabligh! Haihata haihata …. (sungguh sangat jauh dari kebenaran prasangkaan itu!) atau mereka kadang pula menyebutnya ‘Islam Berjenggot’.



Lebih ajaib lagi jika ada da’i Islam yang mencukur jenggotnya, tetapi membiarkan kumisnya, padahal yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perintahkan adalah sebaliknya, pendekkan atau cukur kumis, dan peliharalah jenggot (lihyah). Lain soal jika memang secara alami dan hormonal ia tidak berjenggot. Ini tentu tidak bisa dipaksakan untuk berjenggot.



Lalu, apa sebenarnya hukum jenggot ini? Apakah ia wajib, sunah, atau mubah saja sekedar adat masing-masing orang? Hal ini -Insya Allah- akan dibahas secara rinci menurut As Sunnah Ash Shahihah, pandangan para Imam empat madzhab, dan ulama masa kini. Maka, jangan kemana-mana dulu, kita akan kembali setelah ini.



B. Definisi Jenggot



Arti Lihyah (jenggot) dalam kitab Lisanul Arab: “Ibnu Said berkata, ‘Jenggot adalah nama untuk rambut yang tumbuh pada kedua pipi, dan juga nama untuk rambut yang tumbuh pada cambang dan dagu.’ “ Begitu pula dalam kitab Taajul Arusy dan Al Qamus.



Dalam kamus Al Munjid hal. 717 disebutkan: “Rambut yang terdapat pada dua pipi dan dagu.”

Imam an Nawawi berkata: “Adapun mengenai bulu cambang terdapat dua pendapat, namun yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan oleh jumhur (mayoritas ulama) bahwa ia juga termasuk hukum jenggot.”



C. Perintah Rasulullah untuk Memelihara Jenggot dan Mencukur kumis adalah Pasti



Berikut ini akan kami paparkan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk umatnya agar mencukur kumis, memanjangkan jenggot, dan berbeda dengan kaum kafir.



1. Dari Zaid bin Arqam Radhiallahu ‘Anhu ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:



Maa Lam ya’ khudz min syaaribihi falaisa minnaa, artinya:

“Barangsiapa yang tidak memotong kumisnya, maka dia bukan golongan kami.” (HR. Imam at Tirmidzi no. 2762, katanya shahih. Imam An Nasa’i VIII/129, Imam Ahmad IV/366, 368. Adh Dhya’ al Maqdisi juga menshahihkannya dalam kitab Al Mukhtarah)



2. Dari Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Anhikuu asy syawaariba wa a’fuu al lihaa, artinya:



“Bersungguh-sungguhlah kalian dalam mencukur kumis dan peliharalah jenggot.” (HR. Imam Bukhari, Fathur Bari X/351, Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/146,147)



3. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Juzzuu asy syawaariba wa arkhuu al lihaa wa khaalifuu al majuusa, artinya:



“Bersungguh-sungguhlah dalam mencukur kumis dan biarkanlah jenggot, dan berbedalah dengan orang Majusi.” (HR. Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/147)



4. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Khaalifuu al musyrikiin wa waffiruu al lihaa wahfuu asy syawariba, artinya:



“Berbedalah dengan orang musyrik, biarkanlah jenggot, dan potonglah kumis.” (HR. Imam Bukhari X/295,296. Imam Muslim no. 254,259. Imam at Tirmidzi no. 2764. Imam An Nasa’i I/129. Imam Ahmad II/16)



5. Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

Amara bi ihfa-i asy syawaaribi wa I’faa- i al lihaa



“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk mencukur kumis dan memelihara jenggot.” (HR. Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/147)



6. Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‘Asyrun minal fithrah: Qashsh al Syaarib, wa I’fa-u al lihyah, ….. , artinya:



“Perkara sunah fitrah ada sepuluh, yakni memotong kumis, memelihara jenggot, ……dst (HR. Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/147. Imam Abu Daud, Aunul Ma’bud I/79, 80,81. Imam An Nasa’i VIII/126,127,128. Imam Ibnu Majah I/107, Imam Ahmad VI/137)



Demikian hadits-hadits Rasulullah yang amat jelas dan tegas memerintahkan mencukur kumis dan memelihara jenggot.

Kata-kata dalam hadits di atas yakni A’fuu, atau I’faa’, atau Waffiruu bermakna sama yaitu memanjangkan dan membiarkan jenggot. Tidak sedikit manusia salah tafsir, bahwa memelihara jenggot berarti mencukurnya, sebagaimana memelihara tanaman berarti memotongnya. Tafsiran ini terjadi karena menafsiri bukan dari bahasa Arabnya, melainkan dari bahasa Indonesianya, ‘memelihara jenggot’. Padahal kata ‘memelihara’ tidak juga berarti memotong habis, apakah memelihara tanaman berarti tanaman itu dibabat habis? Tentu tidak, justru memelihara tanaman adalah membiarkannya berkembang, rindang, dan berbuah.



D. Rasulullah Juga Memelihara Jenggot dan Memotong Kumis



Hal ini sudah diketahui secara masyhur (terkenal), maka ternyata Rasulullah adalah ‘Islam Berjenggot’ sebagaimana pengistilahan orang awam. Jadi, celaan terhadap jenggot –tanpa mereka sadari- telah mencela Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam. Mencela Rasulullah adalah sama dengan mencela Allah Ta’ala. Begitulah kejahilan (ketidaktahuan), selalu membawa sikap sembrono yang mencelakakan. Allah Ta’ala amat melarang istihza’ (memperolok-olok) sunah nabi dengan amat keras, sayangnya sebagian besar umat Islam justru menjadi mustahzi’un (kaum yang memperolok-olok) sunah nabinya sendiri. Mencela sunah nabi bisa membawa pelakunya kepada jurang kekufuran, sebagaimana ayat:

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orangkafir.” (QS.Ali’Imran(3):31-32)

Ayat di atas menyebutkan bahwa berpaling dari RasulNya, bisa membawa kekufuran, nah apalagi bagi yang berpaling dan mencela sekaligus sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul takut terhadap fitnah (musibah) dan azab pedih yang akan menimpa mereka.” (QS. An Nuur (24): 63)



Berikut akan kami paparkan beberapa keterangan tentang berjenggotnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

Imam Ibnu Abdil Barr berkata, “Diriwayatkan oleh Al Hasan bin Shalih, dari Simak, dari Ikrimah, dri Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggunting kumisnya dan menuturkan bahwa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam juga menggunting kumisnya.” (HR. Imam at Tirmidzi, hadits ini sanadnya idthirab (goncang), termasuk dhaif)



Dari Abu Ma’mar, ia berkata: “Kami berkata kepada Khabbab: Apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca pada shalat zhuhur dan ashar?” Maka ia berkata,”Ya.” Kemudian kami bertanya: “Dari mana kamu tahu?” Ia menjawab: “Dari gerakan jenggotnya.” (HR. Imam Bukhari, Fathul Bari II/261, Imam Abu Daud, Aunul Ma’bud III/17, Imam Ibnu Majah I/270, Imam Ahmad V/109)



Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Rasulullah apabila berwudhu ia mengambil segenggam air dan memasukkannya kebawah mulutnya (jenggot) kemudian menyelai-nyelainya, dan beliau berkata: seperti inilah Rabb-ku memerintahkanku.” (HR. Imam Abu Daud, Aunul Ma’bud I/243, Imam Baihaqy I/4, dari jalur Thariq bin Walid bin Zauran dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu. Syaikh Al Albany rahimahullah mengatakan hadits ini shahih di dalam kitabnya, Irwa’ul Ghalil I/130)



Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Bahwa Rasulullah telah beruban bagian depan (rambut) kepalanya dan jenggotnya. Apabila beliau menggunakan minyak rambut, maka putih ubannya tidak jelas. Apabila rambut beliau kusut maka putihnya akan nampak, dan beliau adalah orang yang berjenggot lebat.” (HR. Imam Muslim, XV/77, Syarah An Nawawi, Imam Ahmad V/104)



Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Rasulullah adalah seorang yang banyak/lebat jenggotnya (‘Azhimul Lihyah).” (HR. Imam Ahmad I/116, Imam Ibnu Hibban VIII/75 no. 6278. Sanadnya Hasan menurut Syaikh al Albany dalam Shahihul Jami’ IV/240)



Dari lima riwayat ini, jelaslah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memelihara jenggotnya. Dan Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.Al Ahzab(33):21)



Fatwa Ulama Masa Lalu



1. Madzhab Hanafi



Imam Abu Hanifah (biasa juga disebut Imam Hanafi) berkata dalam Ad Durul Mukhtar: “Haram bagi laki-laki memotong jenggotnya.” Sebaliknya dia juga berkata: “Wajib memotong yang panjangnya melebihi satu genggaman.” Dalam Kitabus Shiyam dia juga mengatakan mencukur habis jenggot merupakan perbuatan Yahudi dan Nasrani.



2. Madzhab Maliki



Imam Malik berkata dalam kitab At Tamhid: “Haram mencukur jenggot, tidaklah mencukur jenggot, kecuali orang-orang yang berlagak wanita (banci) dari kalangan laki-laki.”

Imam al Qurthubi al Maliki berkata: “Tidak boleh mencukur, mencabut, dan memotong jenggot.”



3. Madzhab Syafi’i



Berkata Ibnu Raf’ah di dalam hasyiah (catatan kaki) kitab Al Kafiyah, Sesungguhnya Imam Asy Syafi’i menyatakan dalam kitabnya, Al Umm, tentang keharaman mencukur jenggot, begitu pula yang dinyatakan Imam Az Zarkasy Asy Syafi’i dan Imam Al Halimi Asy Syafi’i di dalam kitab Syu’abul Iman dan Al Qafal Asy Syasy di dalam kitab Mahasin Asy Syariah yang menyatakan keharaman mencukur jenggot.



Imam Abu Syamah Asy Syafi’I berkata: “Telah ada suatu kaum yang biasa mencukur jenggotnya. Berita yang terkenal, bahwa yang melakukan demikian itu adalah orang-orang Majusi (penyembah api), bahwa mereka biasa mencukur jenggotnya.” (Fathul Bari, X/351)



Syaikh Ismail al Anshari dalam Risalah Tahrim Halqil lihyah hal. 7, mengatakan tentang perkataan dua Imam bermadzhab Syafi’i yakni Imam An Nawawi dan Imam Al Ghazali, yang mengatakan bahwa mencabut jenggot merupakan kemungkaran besar.



4. Madzhab Hambali



Imam As Safaraini dalam kitab Ghazi’ul Baab I/376 berkata, “yang dipegang oleh madzhab ini (Hambali) adalah keharaman mencukur jenggot.”



Imam Ibnu Taimiyah al Hambali dalam kitab Al Ikhtiyarat hal. 6 berkata,”Haram hukumnya mencukur jenggot.” Ia juga berkata, “Diharamkan mencukur jenggot dengan dalil hadits-hadits yang shahih dan tak seorang pun yang membolehkannya.”



Demikian fatwa ulama masa lalu dari empat madzhab, sedangkan Imam Ibnu Hazm (bermadzhab Zhahiri) berkata dalam Maratibul Ijma’ hal. 157: “Mereka telah sepakat bahwa mencukur semua jenggot adalah terlarang, sebab telah melakukan perubahan (ciptaan Allah) dan menjadi jelek.”



Fatwa Ulama Masa Kini



Berkata Al ‘Allamah Asy Syaikh Yusuf al Qaradhawy hafizhahullah dalam Al Halal wal Haram fil Islam, “Perintah Rasulullah ini mengandung pendidikan bagi umat Islam agar memiliki kepribadian tersendiri serta berbeda dengan orang kafir, lahir dan batin, yang tersembunyi atau yang nampak. Terlebih dalam hal mencukur jenggot ini, ada unsur-unsur menentang fitrah dan menyerupai perempuan. Sebab jenggot adalah lambang kesempurnaan laki-laki dan tanda yang membedakan dengan jenis lain.”



Ia juga berkata, “Kebanyakan orang-orang Islam yang mencukur jenggotnya lantaran mereka meniru musuh-musuh mereka, kaum penjajah negeri mereka, dan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sebagimana biasanya, orang-orang kalah senantiasa meniru orang-orang yang menang, mereka melakukan itu telah jelas melupakan perintah Rasulullah agar berbeda dengan orang-orang kafir. Mereka telah lupa pula terhadap larangan Nabi tentang menyerupai orang kafir, sebagaimana hadits: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia itu termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)



Kebanyakan ahli fiqih yang berpendapat haramnya mencukur jenggot beralasan dengan hadits di atas. Sedang tiap perintah pada asalnya menunjukkan hukum wajib, apalagi Rasulullah telah memberikan alasan dibalik perintahnya itu yakni supaya kita berbeda dengan orang-orang kafir. Dan berbeda dengan orang kafir hukumnya wajib juga.

Tidak seorang pun ulama salaf (terdahulu) meninggalkan kewajiban ini (memelihara jenggot) …dst.“ Demikian pandangan Syaikh Al Qaradhawy.



Al Muhaddits Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albany rahimahullah berkata dalam kitab Hajjatun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hal. 8, “Perkara ini –mencukur jenggot- adalah maksiat dari sekian banyak maksiat yang tersebar di kalangan umat Islam saat ini yang disebabkan berkuasanya kaum kuffar di mayoritas negeri kaum muslimin, dan perbuatan maksiat ini berpindah ke negeri-negeri kaum muslimin serta sikap taqlid (ikut-ikutan) kaum muslimin kepada mereka, padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah jelas melarang dalam sabdanya yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim: “Berbedalah dengan kaum musyrikin, cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.”

Dalam Adh Dhaifah V/125 Ia berkata: “Dalam hadits ini mengandung isyarat kuat, bahwa memendekkan jenggot –sebagaimana yang dilakukan jamaah- posisinya seperti mencukurnya, yaitu dari segi tasyabbuhi (penyerupaan dengan orang musyrik). Hal ini tidak diperbolehkan. Dan amalan sunnah yang berjalan dikalangan salaf dan para sahabat dan lainnya adalah membiarkan jenggot kecuali yang melebihi genggman tangan, maka dibolehkan memotong kelebihannya.”

Samahtus Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz berkata dalam Ad Da’wah hal. 992 ketika ditanya apa hukum mencukur jenggot: “Mencukur jenggot tidak boleh karena sabda Rasulullah di dalam hadits yang shahih: “Potonglah kumis dan peliharalah jenggot dan berbedalah dengan orang-orang musyrik.” Dan sabda yang lain: “Cukurlah kumis, peliharalah jenggot, dan berbedalah dengan orang Majusi.”



Syaikh Ali Mahfuzh berkata dalam Al Ibda’ fi Madhahir al Ibtida’ : “Madzhab yang empat sepakat bahwa wajibnya memelihara jenggot dan larangan memotongnya, haram mencukurnya, dan mengambil sedikit pun darinya.”

Syaikh Abu Bakar al Jazairi berkata dalam Minhajul Muslim hal. 129: “Adapun jenggot hendaklah dibiarkan saja memenuhi wajah sebagaimana sabda Rasulullah, ‘Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.’ Dan sabdanya yang lain: ‘Berbedalah dengan orang musyrik, cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.’ Yang maknanya tidak memotongnya, dan memperbanyaknya, maka haram mencukurnya.”



Tambahan; Apa maksud memendekkan kumis?



Maksudnya adalah memendekkan sebatas ujung bibir, ataukah dicukur habis (botak)? Dalam masalah ini, kami ambil dari Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya, Zaadul Ma’ad Juz I, terbitan Mu’asasah ar Risalah Maktabah al Manar al Islamiyah, dengan tahqiq oleh Syu’aib al Arnauth dan Syaikh Abdul Qadir al Arna’uth, katanya sebagai berikut:

”Dalam kitab al Muwaththa’-nya Imam Malik berkata, ‘kumis dipotong sampai tampak ujung bibir, yaitu lekukan bibir dan tidak melebihinya.’ Lalu beliau menyontohkan dengan dirinya. Ibnu Abdil Hakim meriwayatkan dari Imam Malik, ia berkata, ‘Kumis dipotong, jenggot dipelihara, dan memotong kumis tidaklah dengan mencukurnya (sampai habis).’ Sementara dari Ibnul Qasim ada perkataan lain dari Imam malik, katanya, ‘Bagiku, memotong dan mencukur kumis itu sama saja.’ Imam Malik berkata, ‘Penafsiran atas hadits Rasulullah tentang memotong kumis adalah kumis yang ada pada lekukan bibir, dan Rasulullah juga memakruhkan mencukur habis kumis yang ada di atas lekukan itu.’ Dia (Imam Malik) juga berkata, ‘Aku bersaksi bahwa mencukur kumis (sampai habis) adalah bid’ah dan aku berpendapat bahwa orang yang melakukanya mesti dipukul,’ Dia melanjutkan, ‘Jika Umar bin al Khaththab sedang dilanda kesulitan suatu masalah, dia naik darah, mengikatkan selendangnya di kaki, dan melinting kumisnya,’



Umar bin Abdul Aziz berkata, ‘Sunahnya untuk kumis adalah di lekukan bibir.’ Ath Thahawi berkata, ‘Dalam hal ini kami tidak dapat satu teks pun dari Imam Asy Syafi’i, sementara dari murid-muridnya seperti Al Muzani dan Ar Rabi’, mereka memotong kumisnya, ini berarti mereka mengambil pelajaran dari Imam Asy Syafi’i.’ Ath Thahawi melanjutkan, ‘Sementara untuk Imam Abu Hanifah, Zufar, Imam Abu Yusuf, dan Imam Muhammad bin Qasim, dalam madzhab mereka mencukur rambut dan kumis (sampai habis) lebih utama dibanding memendekkannya.’ Disebutkan oleh Ibnu Khuwaiz Mindad al Makki dari Imam Asy Syafi’i bahwa dalam hal mencukur kumis, madzhabnya (yakni syafi’i) sama dengan madzhab Imam Abu Hanifah. Itulah pandangan Imam Abu Umar. Sementara Madzhab Imam Ahmad, Utsman berkata, ‘Aku melihat Imam Ahmad memotong kumisnya sangat pendek, dan aku mendengar beliau ditanya tentang memotong kumis, mbeliau menjawab, ‘Dipotong, sebagaimana sabda Rasulullah, Ahfuu asy Syawaarib (potonglah kumis). Hanbal berkata, ‘Ditanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad), anda berpendapat bahwa seorang laki-laki harus memotong kumisnya atau mencukurnya, atau bagaimana memotongnya?’ Dia menjawab, ‘Jika dia memotongnya, tidak mengapa dan jika dia mengambil gunting untuk mencukurnya, juga tidak mengapa.’ Sementara, Imam Ibnu Qudamah al Maqdisi dalam Al Mughni berkata, ‘Bebas saja, apakah ia mencukurnya atau sekedar memotongnya, tanpa mencukur.’ Ath Thahawi berkata, ‘Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah bahwa sesungguhnya Rasulullah mengambil sebagian kumisnya di atas kayu siwak dan itu tidak mungkin terjadi dalam pencukuran (sampai habis). Yang berpendapat bahwa kumis tidak dicukur sampai habis berargumen dari hadits Aisyah bahwa ada sepuluh hal fitrah manusia …. Di antaranya menggunting kumis, juga hadits Abu Hurairah, fitrah itu ada lima ….. di antaranya menggunting kumis.

Adapun argumen dari kelompok yang berpendapat bahwa mencukur sampai habis, adalah hadits dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah mencukur kumisnya (HR. Ath thahawi dan Tirmidzi). Ath thahawi berkata, ‘Yang paling nampak dari hadits ini adalah memotong, walau bisa saja ada dua penafsiran.’ Diriwayatkan dari al ‘Ala bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah secara marfu’: ‘Cukurlah kumis kalian dan biarkanlah jenggot.’ Hadits ini memberikan penafsiran pemotongan, dan disebutkan dengan sanadnya, dari Abu Said, Abu Usaid, Rafi’ bin Hudail, Sahal bin Sa’ad, Ibnu Umar, Jabir bin Abdullah, dan Abu Hurairah, bahwa mereka juga memotong kumis. Ibrahim bin Muhammad bin Hathib berkata, ‘Aku melihat Ibnu Umar mencukur kumisnya, seakan ia mencabutinya.’ Sebagian mereka berkata, ‘Sampai terlihat putih-putih kulitnya.’ Ath Thahawi berkata, ‘karena memotong disunahkan menurut seluruh ulama, maka mencukurnya adalah lebih utama, dengan mengkiaskan dengan rambut kepala.’ Disebutkan bahwa Rasulullah mendoakan tiga kali orang yang mencukur rambutnyai, dan hanya sekali berdoa untuk yang memotong rambutnya (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, Rasulullah beranggapan bahwa mencukur rambut lebih utama dibanding memotongnya, dan demikian pula halnya dengan kumis.’ “ (Demikianlah uraian panjang dari Imam Ibnul Qayyim)



Demikianlah masalah jenggot dan kumis, menurut As Sunnah, Qaul Para Sahabat, Imam dari empat Madzhab, dan para Imam masa kini. Sesungguhnya, ini bukanlah masalah ra’isiyah (pokok) dalam agama dan bukan pula perkara aqidah yang tidak sepantasnya dijadikan bahan polemik, namun masalah ini juga bukan masalah kacangan yang layak disepelekan dan dilupakan, apalagi oleh para pejuang Islam. Justru pembahasan ini menunjukkan syumuliyatul Islam (kesempurnaan islam). Wallahu A’lam

Jenggot Dalam Pandangan Islam

A. Mukadimah



Ada fenomena menarik dalam kehidupan berislam Umat Islam hari ini. Gelombang syiar Islam sangat marak di seluruh pelosok dunia, mulai dari maraknya muslimah berjilbab, bank syariah, peraturan daerah anti maksiat, kembalinya sebagian daerah untuk menerapkan syariat Islam, dan tidak ketinggalan bagi kaum laki-laki adalah jenggot (bahasa Arabnya Lihyah); yang oleh sebagian kalangan umat Islam dianggap kewajiban agama dan syiar, namun ada juga yang masih menganggapnya aneh dan asing.



Hampir seluruh aktifis dan pejuang Islam, baik tingkat dunia yang terinspirasi dan dimotori oleh Ikhwanul Muslimin (Mesir), Salafi (Arab Saudi), Hizbut Tahrir (Jordania), dan Jamaah Tabligh (Pakistan), kaum laki-laki mereka tidak lupa dengan sunah jenggot ini. Tak ketinggalan tentunya, aktifis Islam dalam negeri baik yang berasal dari Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Al Irsyad, dan lain-lain, walau tidak segetol aktifis yang terinspirasi dari luar negeri tersebut.



Jadi, amat keliru menganggap ‘jenggot’ adalah kebiasaan kelompok Islam tertentu saja, sebab jenggot adalah hal biasa yang dilakukan oleh hampir seluruh pejuang Islam, sejak zaman Rasulullah, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, Imam empat madzhab, dan seluruh ulama Ahlus Sunnah wal jamaah hingga hari ini. Banyak orang yang tidak mengerti, karena memang mereka awam, akhirnya salah faham atau menuduh bahwa jika ada yang berjenggot pastilah orang Jamaah Tabligh! Haihata haihata …. (sungguh sangat jauh dari kebenaran prasangkaan itu!) atau mereka kadang pula menyebutnya ‘Islam Berjenggot’.



Lebih ajaib lagi jika ada da’i Islam yang mencukur jenggotnya, tetapi membiarkan kumisnya, padahal yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perintahkan adalah sebaliknya, pendekkan atau cukur kumis, dan peliharalah jenggot (lihyah). Lain soal jika memang secara alami dan hormonal ia tidak berjenggot. Ini tentu tidak bisa dipaksakan untuk berjenggot.



Lalu, apa sebenarnya hukum jenggot ini? Apakah ia wajib, sunah, atau mubah saja sekedar adat masing-masing orang? Hal ini -Insya Allah- akan dibahas secara rinci menurut As Sunnah Ash Shahihah, pandangan para Imam empat madzhab, dan ulama masa kini. Maka, jangan kemana-mana dulu, kita akan kembali setelah ini.



B. Definisi Jenggot



Arti Lihyah (jenggot) dalam kitab Lisanul Arab: “Ibnu Said berkata, ‘Jenggot adalah nama untuk rambut yang tumbuh pada kedua pipi, dan juga nama untuk rambut yang tumbuh pada cambang dan dagu.’ “ Begitu pula dalam kitab Taajul Arusy dan Al Qamus.



Dalam kamus Al Munjid hal. 717 disebutkan: “Rambut yang terdapat pada dua pipi dan dagu.”

Imam an Nawawi berkata: “Adapun mengenai bulu cambang terdapat dua pendapat, namun yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan oleh jumhur (mayoritas ulama) bahwa ia juga termasuk hukum jenggot.”



C. Perintah Rasulullah untuk Memelihara Jenggot dan Mencukur kumis adalah Pasti



Berikut ini akan kami paparkan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk umatnya agar mencukur kumis, memanjangkan jenggot, dan berbeda dengan kaum kafir.



1. Dari Zaid bin Arqam Radhiallahu ‘Anhu ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:



Maa Lam ya’ khudz min syaaribihi falaisa minnaa, artinya:

“Barangsiapa yang tidak memotong kumisnya, maka dia bukan golongan kami.” (HR. Imam at Tirmidzi no. 2762, katanya shahih. Imam An Nasa’i VIII/129, Imam Ahmad IV/366, 368. Adh Dhya’ al Maqdisi juga menshahihkannya dalam kitab Al Mukhtarah)



2. Dari Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Anhikuu asy syawaariba wa a’fuu al lihaa, artinya:



“Bersungguh-sungguhlah kalian dalam mencukur kumis dan peliharalah jenggot.” (HR. Imam Bukhari, Fathur Bari X/351, Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/146,147)



3. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Juzzuu asy syawaariba wa arkhuu al lihaa wa khaalifuu al majuusa, artinya:



“Bersungguh-sungguhlah dalam mencukur kumis dan biarkanlah jenggot, dan berbedalah dengan orang Majusi.” (HR. Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/147)



4. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Khaalifuu al musyrikiin wa waffiruu al lihaa wahfuu asy syawariba, artinya:



“Berbedalah dengan orang musyrik, biarkanlah jenggot, dan potonglah kumis.” (HR. Imam Bukhari X/295,296. Imam Muslim no. 254,259. Imam at Tirmidzi no. 2764. Imam An Nasa’i I/129. Imam Ahmad II/16)



5. Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

Amara bi ihfa-i asy syawaaribi wa I’faa- i al lihaa



“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk mencukur kumis dan memelihara jenggot.” (HR. Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/147)



6. Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‘Asyrun minal fithrah: Qashsh al Syaarib, wa I’fa-u al lihyah, ….. , artinya:



“Perkara sunah fitrah ada sepuluh, yakni memotong kumis, memelihara jenggot, ……dst (HR. Imam Muslim, Syarah An Nawawi III/147. Imam Abu Daud, Aunul Ma’bud I/79, 80,81. Imam An Nasa’i VIII/126,127,128. Imam Ibnu Majah I/107, Imam Ahmad VI/137)



Demikian hadits-hadits Rasulullah yang amat jelas dan tegas memerintahkan mencukur kumis dan memelihara jenggot.

Kata-kata dalam hadits di atas yakni A’fuu, atau I’faa’, atau Waffiruu bermakna sama yaitu memanjangkan dan membiarkan jenggot. Tidak sedikit manusia salah tafsir, bahwa memelihara jenggot berarti mencukurnya, sebagaimana memelihara tanaman berarti memotongnya. Tafsiran ini terjadi karena menafsiri bukan dari bahasa Arabnya, melainkan dari bahasa Indonesianya, ‘memelihara jenggot’. Padahal kata ‘memelihara’ tidak juga berarti memotong habis, apakah memelihara tanaman berarti tanaman itu dibabat habis? Tentu tidak, justru memelihara tanaman adalah membiarkannya berkembang, rindang, dan berbuah.



D. Rasulullah Juga Memelihara Jenggot dan Memotong Kumis



Hal ini sudah diketahui secara masyhur (terkenal), maka ternyata Rasulullah adalah ‘Islam Berjenggot’ sebagaimana pengistilahan orang awam. Jadi, celaan terhadap jenggot –tanpa mereka sadari- telah mencela Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam. Mencela Rasulullah adalah sama dengan mencela Allah Ta’ala. Begitulah kejahilan (ketidaktahuan), selalu membawa sikap sembrono yang mencelakakan. Allah Ta’ala amat melarang istihza’ (memperolok-olok) sunah nabi dengan amat keras, sayangnya sebagian besar umat Islam justru menjadi mustahzi’un (kaum yang memperolok-olok) sunah nabinya sendiri. Mencela sunah nabi bisa membawa pelakunya kepada jurang kekufuran, sebagaimana ayat:

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orangkafir.” (QS.Ali’Imran(3):31-32)

Ayat di atas menyebutkan bahwa berpaling dari RasulNya, bisa membawa kekufuran, nah apalagi bagi yang berpaling dan mencela sekaligus sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul takut terhadap fitnah (musibah) dan azab pedih yang akan menimpa mereka.” (QS. An Nuur (24): 63)



Berikut akan kami paparkan beberapa keterangan tentang berjenggotnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

Imam Ibnu Abdil Barr berkata, “Diriwayatkan oleh Al Hasan bin Shalih, dari Simak, dari Ikrimah, dri Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggunting kumisnya dan menuturkan bahwa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam juga menggunting kumisnya.” (HR. Imam at Tirmidzi, hadits ini sanadnya idthirab (goncang), termasuk dhaif)



Dari Abu Ma’mar, ia berkata: “Kami berkata kepada Khabbab: Apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca pada shalat zhuhur dan ashar?” Maka ia berkata,”Ya.” Kemudian kami bertanya: “Dari mana kamu tahu?” Ia menjawab: “Dari gerakan jenggotnya.” (HR. Imam Bukhari, Fathul Bari II/261, Imam Abu Daud, Aunul Ma’bud III/17, Imam Ibnu Majah I/270, Imam Ahmad V/109)



Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Rasulullah apabila berwudhu ia mengambil segenggam air dan memasukkannya kebawah mulutnya (jenggot) kemudian menyelai-nyelainya, dan beliau berkata: seperti inilah Rabb-ku memerintahkanku.” (HR. Imam Abu Daud, Aunul Ma’bud I/243, Imam Baihaqy I/4, dari jalur Thariq bin Walid bin Zauran dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu. Syaikh Al Albany rahimahullah mengatakan hadits ini shahih di dalam kitabnya, Irwa’ul Ghalil I/130)



Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Bahwa Rasulullah telah beruban bagian depan (rambut) kepalanya dan jenggotnya. Apabila beliau menggunakan minyak rambut, maka putih ubannya tidak jelas. Apabila rambut beliau kusut maka putihnya akan nampak, dan beliau adalah orang yang berjenggot lebat.” (HR. Imam Muslim, XV/77, Syarah An Nawawi, Imam Ahmad V/104)



Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Rasulullah adalah seorang yang banyak/lebat jenggotnya (‘Azhimul Lihyah).” (HR. Imam Ahmad I/116, Imam Ibnu Hibban VIII/75 no. 6278. Sanadnya Hasan menurut Syaikh al Albany dalam Shahihul Jami’ IV/240)



Dari lima riwayat ini, jelaslah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memelihara jenggotnya. Dan Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.Al Ahzab(33):21)



Fatwa Ulama Masa Lalu



1. Madzhab Hanafi



Imam Abu Hanifah (biasa juga disebut Imam Hanafi) berkata dalam Ad Durul Mukhtar: “Haram bagi laki-laki memotong jenggotnya.” Sebaliknya dia juga berkata: “Wajib memotong yang panjangnya melebihi satu genggaman.” Dalam Kitabus Shiyam dia juga mengatakan mencukur habis jenggot merupakan perbuatan Yahudi dan Nasrani.



2. Madzhab Maliki



Imam Malik berkata dalam kitab At Tamhid: “Haram mencukur jenggot, tidaklah mencukur jenggot, kecuali orang-orang yang berlagak wanita (banci) dari kalangan laki-laki.”

Imam al Qurthubi al Maliki berkata: “Tidak boleh mencukur, mencabut, dan memotong jenggot.”



3. Madzhab Syafi’i



Berkata Ibnu Raf’ah di dalam hasyiah (catatan kaki) kitab Al Kafiyah, Sesungguhnya Imam Asy Syafi’i menyatakan dalam kitabnya, Al Umm, tentang keharaman mencukur jenggot, begitu pula yang dinyatakan Imam Az Zarkasy Asy Syafi’i dan Imam Al Halimi Asy Syafi’i di dalam kitab Syu’abul Iman dan Al Qafal Asy Syasy di dalam kitab Mahasin Asy Syariah yang menyatakan keharaman mencukur jenggot.



Imam Abu Syamah Asy Syafi’I berkata: “Telah ada suatu kaum yang biasa mencukur jenggotnya. Berita yang terkenal, bahwa yang melakukan demikian itu adalah orang-orang Majusi (penyembah api), bahwa mereka biasa mencukur jenggotnya.” (Fathul Bari, X/351)



Syaikh Ismail al Anshari dalam Risalah Tahrim Halqil lihyah hal. 7, mengatakan tentang perkataan dua Imam bermadzhab Syafi’i yakni Imam An Nawawi dan Imam Al Ghazali, yang mengatakan bahwa mencabut jenggot merupakan kemungkaran besar.



4. Madzhab Hambali



Imam As Safaraini dalam kitab Ghazi’ul Baab I/376 berkata, “yang dipegang oleh madzhab ini (Hambali) adalah keharaman mencukur jenggot.”



Imam Ibnu Taimiyah al Hambali dalam kitab Al Ikhtiyarat hal. 6 berkata,”Haram hukumnya mencukur jenggot.” Ia juga berkata, “Diharamkan mencukur jenggot dengan dalil hadits-hadits yang shahih dan tak seorang pun yang membolehkannya.”



Demikian fatwa ulama masa lalu dari empat madzhab, sedangkan Imam Ibnu Hazm (bermadzhab Zhahiri) berkata dalam Maratibul Ijma’ hal. 157: “Mereka telah sepakat bahwa mencukur semua jenggot adalah terlarang, sebab telah melakukan perubahan (ciptaan Allah) dan menjadi jelek.”



Fatwa Ulama Masa Kini



Berkata Al ‘Allamah Asy Syaikh Yusuf al Qaradhawy hafizhahullah dalam Al Halal wal Haram fil Islam, “Perintah Rasulullah ini mengandung pendidikan bagi umat Islam agar memiliki kepribadian tersendiri serta berbeda dengan orang kafir, lahir dan batin, yang tersembunyi atau yang nampak. Terlebih dalam hal mencukur jenggot ini, ada unsur-unsur menentang fitrah dan menyerupai perempuan. Sebab jenggot adalah lambang kesempurnaan laki-laki dan tanda yang membedakan dengan jenis lain.”



Ia juga berkata, “Kebanyakan orang-orang Islam yang mencukur jenggotnya lantaran mereka meniru musuh-musuh mereka, kaum penjajah negeri mereka, dan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sebagimana biasanya, orang-orang kalah senantiasa meniru orang-orang yang menang, mereka melakukan itu telah jelas melupakan perintah Rasulullah agar berbeda dengan orang-orang kafir. Mereka telah lupa pula terhadap larangan Nabi tentang menyerupai orang kafir, sebagaimana hadits: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia itu termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)



Kebanyakan ahli fiqih yang berpendapat haramnya mencukur jenggot beralasan dengan hadits di atas. Sedang tiap perintah pada asalnya menunjukkan hukum wajib, apalagi Rasulullah telah memberikan alasan dibalik perintahnya itu yakni supaya kita berbeda dengan orang-orang kafir. Dan berbeda dengan orang kafir hukumnya wajib juga.

Tidak seorang pun ulama salaf (terdahulu) meninggalkan kewajiban ini (memelihara jenggot) …dst.“ Demikian pandangan Syaikh Al Qaradhawy.



Al Muhaddits Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albany rahimahullah berkata dalam kitab Hajjatun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hal. 8, “Perkara ini –mencukur jenggot- adalah maksiat dari sekian banyak maksiat yang tersebar di kalangan umat Islam saat ini yang disebabkan berkuasanya kaum kuffar di mayoritas negeri kaum muslimin, dan perbuatan maksiat ini berpindah ke negeri-negeri kaum muslimin serta sikap taqlid (ikut-ikutan) kaum muslimin kepada mereka, padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah jelas melarang dalam sabdanya yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim: “Berbedalah dengan kaum musyrikin, cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.”

Dalam Adh Dhaifah V/125 Ia berkata: “Dalam hadits ini mengandung isyarat kuat, bahwa memendekkan jenggot –sebagaimana yang dilakukan jamaah- posisinya seperti mencukurnya, yaitu dari segi tasyabbuhi (penyerupaan dengan orang musyrik). Hal ini tidak diperbolehkan. Dan amalan sunnah yang berjalan dikalangan salaf dan para sahabat dan lainnya adalah membiarkan jenggot kecuali yang melebihi genggman tangan, maka dibolehkan memotong kelebihannya.”

Samahtus Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz berkata dalam Ad Da’wah hal. 992 ketika ditanya apa hukum mencukur jenggot: “Mencukur jenggot tidak boleh karena sabda Rasulullah di dalam hadits yang shahih: “Potonglah kumis dan peliharalah jenggot dan berbedalah dengan orang-orang musyrik.” Dan sabda yang lain: “Cukurlah kumis, peliharalah jenggot, dan berbedalah dengan orang Majusi.”



Syaikh Ali Mahfuzh berkata dalam Al Ibda’ fi Madhahir al Ibtida’ : “Madzhab yang empat sepakat bahwa wajibnya memelihara jenggot dan larangan memotongnya, haram mencukurnya, dan mengambil sedikit pun darinya.”

Syaikh Abu Bakar al Jazairi berkata dalam Minhajul Muslim hal. 129: “Adapun jenggot hendaklah dibiarkan saja memenuhi wajah sebagaimana sabda Rasulullah, ‘Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.’ Dan sabdanya yang lain: ‘Berbedalah dengan orang musyrik, cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.’ Yang maknanya tidak memotongnya, dan memperbanyaknya, maka haram mencukurnya.”



Tambahan; Apa maksud memendekkan kumis?



Maksudnya adalah memendekkan sebatas ujung bibir, ataukah dicukur habis (botak)? Dalam masalah ini, kami ambil dari Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya, Zaadul Ma’ad Juz I, terbitan Mu’asasah ar Risalah Maktabah al Manar al Islamiyah, dengan tahqiq oleh Syu’aib al Arnauth dan Syaikh Abdul Qadir al Arna’uth, katanya sebagai berikut:

”Dalam kitab al Muwaththa’-nya Imam Malik berkata, ‘kumis dipotong sampai tampak ujung bibir, yaitu lekukan bibir dan tidak melebihinya.’ Lalu beliau menyontohkan dengan dirinya. Ibnu Abdil Hakim meriwayatkan dari Imam Malik, ia berkata, ‘Kumis dipotong, jenggot dipelihara, dan memotong kumis tidaklah dengan mencukurnya (sampai habis).’ Sementara dari Ibnul Qasim ada perkataan lain dari Imam malik, katanya, ‘Bagiku, memotong dan mencukur kumis itu sama saja.’ Imam Malik berkata, ‘Penafsiran atas hadits Rasulullah tentang memotong kumis adalah kumis yang ada pada lekukan bibir, dan Rasulullah juga memakruhkan mencukur habis kumis yang ada di atas lekukan itu.’ Dia (Imam Malik) juga berkata, ‘Aku bersaksi bahwa mencukur kumis (sampai habis) adalah bid’ah dan aku berpendapat bahwa orang yang melakukanya mesti dipukul,’ Dia melanjutkan, ‘Jika Umar bin al Khaththab sedang dilanda kesulitan suatu masalah, dia naik darah, mengikatkan selendangnya di kaki, dan melinting kumisnya,’



Umar bin Abdul Aziz berkata, ‘Sunahnya untuk kumis adalah di lekukan bibir.’ Ath Thahawi berkata, ‘Dalam hal ini kami tidak dapat satu teks pun dari Imam Asy Syafi’i, sementara dari murid-muridnya seperti Al Muzani dan Ar Rabi’, mereka memotong kumisnya, ini berarti mereka mengambil pelajaran dari Imam Asy Syafi’i.’ Ath Thahawi melanjutkan, ‘Sementara untuk Imam Abu Hanifah, Zufar, Imam Abu Yusuf, dan Imam Muhammad bin Qasim, dalam madzhab mereka mencukur rambut dan kumis (sampai habis) lebih utama dibanding memendekkannya.’ Disebutkan oleh Ibnu Khuwaiz Mindad al Makki dari Imam Asy Syafi’i bahwa dalam hal mencukur kumis, madzhabnya (yakni syafi’i) sama dengan madzhab Imam Abu Hanifah. Itulah pandangan Imam Abu Umar. Sementara Madzhab Imam Ahmad, Utsman berkata, ‘Aku melihat Imam Ahmad memotong kumisnya sangat pendek, dan aku mendengar beliau ditanya tentang memotong kumis, mbeliau menjawab, ‘Dipotong, sebagaimana sabda Rasulullah, Ahfuu asy Syawaarib (potonglah kumis). Hanbal berkata, ‘Ditanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad), anda berpendapat bahwa seorang laki-laki harus memotong kumisnya atau mencukurnya, atau bagaimana memotongnya?’ Dia menjawab, ‘Jika dia memotongnya, tidak mengapa dan jika dia mengambil gunting untuk mencukurnya, juga tidak mengapa.’ Sementara, Imam Ibnu Qudamah al Maqdisi dalam Al Mughni berkata, ‘Bebas saja, apakah ia mencukurnya atau sekedar memotongnya, tanpa mencukur.’ Ath Thahawi berkata, ‘Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah bahwa sesungguhnya Rasulullah mengambil sebagian kumisnya di atas kayu siwak dan itu tidak mungkin terjadi dalam pencukuran (sampai habis). Yang berpendapat bahwa kumis tidak dicukur sampai habis berargumen dari hadits Aisyah bahwa ada sepuluh hal fitrah manusia …. Di antaranya menggunting kumis, juga hadits Abu Hurairah, fitrah itu ada lima ….. di antaranya menggunting kumis.

Adapun argumen dari kelompok yang berpendapat bahwa mencukur sampai habis, adalah hadits dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah mencukur kumisnya (HR. Ath thahawi dan Tirmidzi). Ath thahawi berkata, ‘Yang paling nampak dari hadits ini adalah memotong, walau bisa saja ada dua penafsiran.’ Diriwayatkan dari al ‘Ala bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah secara marfu’: ‘Cukurlah kumis kalian dan biarkanlah jenggot.’ Hadits ini memberikan penafsiran pemotongan, dan disebutkan dengan sanadnya, dari Abu Said, Abu Usaid, Rafi’ bin Hudail, Sahal bin Sa’ad, Ibnu Umar, Jabir bin Abdullah, dan Abu Hurairah, bahwa mereka juga memotong kumis. Ibrahim bin Muhammad bin Hathib berkata, ‘Aku melihat Ibnu Umar mencukur kumisnya, seakan ia mencabutinya.’ Sebagian mereka berkata, ‘Sampai terlihat putih-putih kulitnya.’ Ath Thahawi berkata, ‘karena memotong disunahkan menurut seluruh ulama, maka mencukurnya adalah lebih utama, dengan mengkiaskan dengan rambut kepala.’ Disebutkan bahwa Rasulullah mendoakan tiga kali orang yang mencukur rambutnyai, dan hanya sekali berdoa untuk yang memotong rambutnya (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, Rasulullah beranggapan bahwa mencukur rambut lebih utama dibanding memotongnya, dan demikian pula halnya dengan kumis.’ “ (Demikianlah uraian panjang dari Imam Ibnul Qayyim)



Demikianlah masalah jenggot dan kumis, menurut As Sunnah, Qaul Para Sahabat, Imam dari empat Madzhab, dan para Imam masa kini. Sesungguhnya, ini bukanlah masalah ra’isiyah (pokok) dalam agama dan bukan pula perkara aqidah yang tidak sepantasnya dijadikan bahan polemik, namun masalah ini juga bukan masalah kacangan yang layak disepelekan dan dilupakan, apalagi oleh para pejuang Islam. Justru pembahasan ini menunjukkan syumuliyatul Islam (kesempurnaan islam). Wallahu A’lam

Jumat, 26 November 2010

12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam al-Ghazali




1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu;

2. Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu;

3. Jika engkau memerlukan pertolongn darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya;

4. Jika engkau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik;

5. Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu;

6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya;

7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh;

8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi;

9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu;

10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu;

11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu;

12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk

menjaga.





Ingatlah kapan terakhir kali Anda berada dalam kesulitan.



Siapakah yang berada di samping Anda?



Siapakah yang mengasihi Anda ketika Anda merasa tidak dicintai?



Siapakah yang tetap bersama Anda, bahkan ketika Anda tak bisa memberikan apa-apa?





Itulah SAHABAT Anda.





Apakah kita telah memiliki sahabat sejati seperti itu?



Bukankah lebih baik jika kita introspeksi diri dulu, apakah diri kita sudah layak disebut sebagai sahabat sejati?





Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita.



Dalam masa kesulitan, kita mengenal siapa sahabat kita.

12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam al-Ghazali




1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu;

2. Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu;

3. Jika engkau memerlukan pertolongn darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya;

4. Jika engkau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik;

5. Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu;

6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya;

7. Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya dengan sungguh-sungguh;

8. Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi;

9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu;

10. Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu;

11. Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu;

12. Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk

menjaga.





Ingatlah kapan terakhir kali Anda berada dalam kesulitan.



Siapakah yang berada di samping Anda?



Siapakah yang mengasihi Anda ketika Anda merasa tidak dicintai?



Siapakah yang tetap bersama Anda, bahkan ketika Anda tak bisa memberikan apa-apa?





Itulah SAHABAT Anda.





Apakah kita telah memiliki sahabat sejati seperti itu?



Bukankah lebih baik jika kita introspeksi diri dulu, apakah diri kita sudah layak disebut sebagai sahabat sejati?





Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita.



Dalam masa kesulitan, kita mengenal siapa sahabat kita.

Rabu, 10 November 2010

SIKAP

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan

Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

Akhirnya: Seluruh pilihan terletak di tangan Anda, tidak ada JIKA atau TETAPI. Andalah pengemudinya. Andalah yang menentukan JALAN HIDUP ANDA…!

SIKAP

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan

Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

Akhirnya: Seluruh pilihan terletak di tangan Anda, tidak ada JIKA atau TETAPI. Andalah pengemudinya. Andalah yang menentukan JALAN HIDUP ANDA…!

Mereka dengan attitude negatif selalu berpikir, “Saya tidak bisa”

Mereka dengan attitude positif selalu berpikir, “Saya pasti bisa”

Mereka dengan attitude negatif selalu berpikir, “Mungkin ada jalan keluar, tapi terlalu sulit”

Mereka dengan attitude positif selalu berpikir, “Hal ini mungkin sulit, tapi ada jalan keluar”

Mereka dengan attitude negatif selalu pasrah dengan keadaan, sementara mereka dengan attitude positif selalu mengambil tindakan.

Mereka dengan attitude negatif selalu melihat keterbatasan-keterbatasan, sedangkan mereka dengan attitude positif selalu melihat kemungkinan-kemungkinan.

Sikap atau attitude sangat menentukan value kita dalam mengarungi kehidupan ini. Banyak orang mengira bahwa sikap adalah hal sepele yang begitu saja mudah diabaikan. Tapi jangan salah, sikap kita menentukan nasib kita kedepan.

Einstein mengatakan bahwa: “Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“.

Sekarang ini banyak selogan yang dikeluarkan oleh banyak orang yang topiknya seolah membius kita: “Stop Dreaming Start Action“. Saya mengatakan bahwa slogan itu sepenuhnya tidak benar.

Mengapa? Coba kita bayangkan, segala sesuatu yang Anda jalani saat ini adalah tidak lepas dari ‘dream’ atau mimpi Anda entah beberapa tahun yang lalu kan?

Sejarah pesawat terbang yang menjadi angkutan favorit saat ini berawal dari sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Thomas Alfa Edison juga menemukan bolam lampu dari mimpi besar dia untuk menerangi dunia.

Jadi totally kita semua harus tetap memupuk mimpi-mimpi besar kita untuk membuat perubahan yang membantu terwujudnya dunia yang lebih maju dan bermanfaat bagi orang banyak.

Jadi dua cara untuk untuk menjalani kehidupan ini dan keduanya benar.

1. Dengan penuh keajaiban karena kita menyerahkan totally kepada Kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan

2. Dengan biasa-biasa saja, karena yaaa… memang beginilah kehidupan ini.

Dan semua orang jika ditanya, mereka justru akan memilih nomor 1, karena secara fitrah (suci) kita semua adalah ciptaan-ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk selalu dekat denngan-Nya.

Jadi, mari kita jalani kehidupan ini dengan penuh ajaib, dengan selalu bersyukur setiap apa yang kita dapatkan.

Mereka dengan attitude negatif selalu berpikir, “Saya tidak bisa”

Mereka dengan attitude positif selalu berpikir, “Saya pasti bisa”

Mereka dengan attitude negatif selalu berpikir, “Mungkin ada jalan keluar, tapi terlalu sulit”

Mereka dengan attitude positif selalu berpikir, “Hal ini mungkin sulit, tapi ada jalan keluar”

Mereka dengan attitude negatif selalu pasrah dengan keadaan, sementara mereka dengan attitude positif selalu mengambil tindakan.

Mereka dengan attitude negatif selalu melihat keterbatasan-keterbatasan, sedangkan mereka dengan attitude positif selalu melihat kemungkinan-kemungkinan.

Sikap atau attitude sangat menentukan value kita dalam mengarungi kehidupan ini. Banyak orang mengira bahwa sikap adalah hal sepele yang begitu saja mudah diabaikan. Tapi jangan salah, sikap kita menentukan nasib kita kedepan.

Einstein mengatakan bahwa: “Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“.

Sekarang ini banyak selogan yang dikeluarkan oleh banyak orang yang topiknya seolah membius kita: “Stop Dreaming Start Action“. Saya mengatakan bahwa slogan itu sepenuhnya tidak benar.

Mengapa? Coba kita bayangkan, segala sesuatu yang Anda jalani saat ini adalah tidak lepas dari ‘dream’ atau mimpi Anda entah beberapa tahun yang lalu kan?

Sejarah pesawat terbang yang menjadi angkutan favorit saat ini berawal dari sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Thomas Alfa Edison juga menemukan bolam lampu dari mimpi besar dia untuk menerangi dunia.

Jadi totally kita semua harus tetap memupuk mimpi-mimpi besar kita untuk membuat perubahan yang membantu terwujudnya dunia yang lebih maju dan bermanfaat bagi orang banyak.

Jadi dua cara untuk untuk menjalani kehidupan ini dan keduanya benar.

1. Dengan penuh keajaiban karena kita menyerahkan totally kepada Kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan

2. Dengan biasa-biasa saja, karena yaaa… memang beginilah kehidupan ini.

Dan semua orang jika ditanya, mereka justru akan memilih nomor 1, karena secara fitrah (suci) kita semua adalah ciptaan-ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk selalu dekat denngan-Nya.

Jadi, mari kita jalani kehidupan ini dengan penuh ajaib, dengan selalu bersyukur setiap apa yang kita dapatkan.

KOMPETENSI PERAWAT

Kompetensi Perawat Berdasarkan SKKNI (Standar Kerja Kompetensi Nasional Indonesia) ini mengacu pada enis vokasional secara general, SKKNI ini merupakan upaya Dinas Kesehatan Indonesia dalam rangka untuk menggeneralisasikan bahwa perawat adalah pekerja yang tidak perlu untuk mendapatkan hak yang lebih tinggi, namun demikian. masih banyak perseteruan yang dihadapi dalam penerapan SKKNI bagi perawat. PPNI sebagai induk organisasi perawat Nasional Indonesia telah berupaya dalam standarisasi kompetensi perawat Indonesia supaya dapat menerapkan standar yang sama dengan negara-negara lain.

Standar-standar keperawatan Nasional berdasarkan SKKN adalah sebagai berikut:
A. Standar Kompetensi Umum
1. KES.PG01.001: Bertanggung Gugat Dan Bertanggung Jawab Terhadap Keputusan Dan Tindakan Profesional. download
2. KES.PG01.002: Mengenal Batas Peran Dan Kompetensi Diri Sendiri. download
3. KES.PG01.003: Menghormati Hak Privasi Pasien/Klien.download
4. KES.PG01.004: Mengakui Potensi Pendidikan Kesehatan Dalam Intervensi Keperawatan.download
5. KES.PG01.005: Menerapkan Berbagai Metode Pembelajaran Dalam Upaya Promosi Kesehatan.download
6. KES.PG01.006:Mengevaluasi Pembelajaran Dan Pemahaman Tentang Praktik Kesehatan.download
7. KES.PG01.007:Melaksanakan Pengkajian Keperawatan Dan Kesehatan Yang Sistematis download
8. KES.PG01.008:Merumuskan Rencana Asuhan Sedapat Mungkin Berkolaborasi Dengan Pasien/Klien Dan/Atau Pemberi Asuhan/Pelayanan (Career). download
9. KES.PG01.009:Membuat Prioritas Asuhan Sedapat Mungkin Berkolaborasi Dengan Pasien/Klien Dan/Atau Pemberi Asuhan. download
10. KES.PG01.010:Mendokumentasikan Rencana Asuhan Keperawatan. download
11. KES.PG01.011:Mengevaluasi Dan Mendokumentasikan Kemajuan Arah Pencapaian Hasil Yang Diharapkan. download
12. KES.PG01.012:Berkomunikasi Dengan Sikap Yang Dapat Memberdayakan Klien/Pasien dan/atau Pemberi Asuhan. download
13. KES.PG01.013:Menunjukkan Kesadaran Tentang Penerapan Pengembangan Dalam Bidang Teknologi. download
14. KES.PG01.014:Menggunakan Alat Pengkajian Yang Tepat Untuk Mengidentifikasi Faktor Resiko Aktual Dan Potensial. download
15. KES.PG01.015:Memastikan Pemberian Substansi Terapeutik Yang Aman. download
16. KES.PG01.016:Mengimplementasikan Prosedur Pengendalian Infeksi. download
17. KES.PG01.017:Menerapkan Hubungan Interprofesional Dalam Pelayanan Keperawatan/ Kesehatan. download
18. KES.PG01.018:Mengkontribusi Pada Kerja Tim Multidisiplin Yang Efektif Dengan Memelihara Hubungan Kolaboratif. download
19. KES.PG01.019:Menghargai peran dan ketrampilan semua anggota tim pelayanan kesehatan dan sosial. download
20. KES.PG01.020:Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan yang profesional. download
21. KES.PG01.021:Berpartisipasi dalam peningkatan mutu dan prosedur penjamin mutu. download
22. KES.PG01.022:Berkontribusi pada pengembangan pendidikan dan profesional peserta didik. download
23. KES.PG01.023:Menggunakan kesempatan untuk belajar bersama dengan orang lain yang berkontribusi pada pelayanan kesehatan. download

2. Kompetensi tensi Inti
1.PG02.001:Menerapkan Strategi Berubah Dalam Promosi Kesehatan .download
2.PG02.002:Memfasilitasi Praktik Budaya Dalam Promosi Kesehatan Klien/Pasien. .download
3.PG02.003:Memfasilitasi Klien/Pasien Untuk Mendapatkan Dukungan Dari Kelompoknya (Support System). download
4.PG02.004:Mengkoordinasikan Kegiatan Keperawatan Untuk Memfasilitasi Kesinambungan Pelayanan.download
5.PG02.005:Menyusun Rencana Pembelajaran Bersama Klien/ Pasien.download
6.PG02.006:Melaksanakan Rencana Pembelajaran.download
7.PG02.007:Mengevaluasi hasil pembelajaran.download
8.PG02.008:Memfasilitasi Klien/Pasien Untuk Memilih Rencana Promosi Kesehatan Sendiri.download
9.PG02.009:Menggunakan Prinsip Belajar Mengajar Dalam Promosi Kesehatan.download
10.PG02.010:Memberi Bimbingan Antisipasi Pada Fase Krisis Perkembangan.download
11.PG02.011:Mengajarkan Kebiasaan Sehat Terkait Dengan Kegiatan/Latihan Fisik.download
12.PG02.012:Mengajarkan Penggunaan Strategi Koping Yang Sehat Untuk Mengatasi Masalah Kehidupan.download
13.PG02.013:Mengajarkan Kebiasaan Hidup Sehat Terkait Dengan Gizi.download
14.PG02.014:Mengajarkan Keseimbangan Antara Istirahat Dengan Kegiatan.download
15.PG02.015:Mengajarkan Strategi Pengurangan Stres.download
16.PG02.016:Mengajarkan Praktik Kesehatan Terkait Dengan Kebersihan/Hygiene.download
17.PG02.017:Melakukan Skrining Kesehatan.download
18.PG02.018:Mengidentifikasi Resiko Keamanan/Keselamatan Yang Nyata Dan Potensial Terhadap Klien/Pasien.download
19.PG02.019:Merencanakan Penanggulangan Resiko Bersama Klien/Pasien. download
20.PG02.020:Melaksanakan Penanggulangan Resiko Kesehatan.download
21.PG02.021:Menggunakan Langkah/Tindakan Aman Untuk Mencegah Cidera Pada Klien/Pasien.download
22.PG02.022:Melaksanakan Pendidikan Kesehatan Tentang Masalah Atau Isu Kesehatan Yang Dapat Dicegah Dan Konsekuensinya.download
23.PG02.023:Melaksanakan Strategi Untuk Mencegah Kekerasan Dan Penelantaran Di Rumah Tangga.download
24.PG02.024:Melaksanakan Strategi Terkait Dengan Pencegahan/Deteksi Dini Terhadap Penyakit/Masalah Kesehatan.download
25.PG02.025:Menjalankan Strategi Terkait Dengan Pencegahan Prilaku Adiksi.download
26.PG02.026:Melaksanakan Strategi Untuk Memperkecil Resiko Masalah Kesehatan Jiwa.download
27.PG02.027:Melaksanakan Strategi Pencegahan Terkait Dengan Keamanan Tempat Kerja.download
28.PG02.028:Mengevaluasi Efektifitas Tindakan/Langkah-Langkah Pencegahan Terhadap Klien/Pasien.download
29.PG02.029:Melaksanakan Tindakan Untuk Menjaga Keselamatan Diri..download
30.PG02.030:Melaksanakan Kontrak Asuhan Kuratif/Suportif Dengan Menggunakan Prinsip Belajar-Mengajar.download
31.PG02.031:Mempersiapkan Klien/Pasien Untuk Prosedur Diagnostik Dan Penatalaksanaan Dengan Mempergunakan Sumber-Sumber Yang Sesuai/ Tepat.download
32.PG02.032:Memberikan Asuhan Kepada Klien/Pasien Selama Menjalani Pre-Operative.download
33.PG02.033:Memberikan Asuhan Kepada Klien/Pasien Selama Intra Operative..download
34.PG02.034:Memberikan Asuhan Kepada Klien/Pasien Selama Post-Operative..download
35.PG02.035:Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan oksigen..download
36.PG02.036:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Sirkulasi/ Peredaran Darah..download
37.PG02.037:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit..download
38.PG02.038:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Per Oral..download
39.PG02.039:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Parenteral..download
40.PG02.040:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin..download
41.PG02.041:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal..download
42.PG02.042:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Perenteral..download
43.PG02.043:Meningkatkan Kemampuan Klien/Pasien Dalam Mempertahankan Postur Tubuh Yang Tepat..download
44.PG02.044:Memelihara Keutuhan Jaringan Kulit..download
45.PG02.045:Melakukan Perawatan Luka.download
46.PG02.046:Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman..download
47.PG02.047:Memantau Perubahan Kondisi Kesehatan Klien/Pasien..download
48.PG02.048:Mengkomunikasikan Informasi Penting Kepada Anggota Tim Kesehatan Tentang Kondisi Klien/Pasien..download
49.PG02.049:Memodifikasi Rencana Asuhan Untuk Disesuaikan Dengan Perubahan Kondisi Klien/Pasien..download
50.PG02.050:Memberikan Obat Secara Aman Dan Tepat..download
51.PG02.051:Membantu Mengelola Nyeri Dengan Tindakan Tanpa Bantuan Obat..download
52.PG02.052:Membantu Mengelola Nyeri Dengan Bantuan Obat..download
53.PG02.053:Mengelola Pemberian Darah Dan Produk Darah Secara Aman..download
54.PG02.054:Mengelola Pemberian Terapi Melalui CVC (Central Venous Catheter)..download
55.PG02.055:Menerapkan Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi Nosokomial..download
56.PG02.056:Melakukan Evaluasi Hasil Implementasi Asuhan Keperawatan..download
57.PG02.057:Mempersiapkan Kepulangan Klien/Pasien..download
58.PG02.058:Memberikan Perawatan Pendukung Kepada Klien/Pasien Dengan Penyakit Kronis..download
59.PG02.059:Memberikan Pelayanan Yang Sensitif Terhadap Klien/Pasien Yang Mengalami Kehilangan/Berduka..download

C. Standar Kompetensi Khusus
1. PG03.001:Memfasilitasi Pilihan Klien/Pasien Untuk Menggunakan Terapi Alternatif .download
2. PG03.002:Menggunakan Teknologi Informasi Yang Tersedia Secara Efektif Dan Tepat .download

KOMPETENSI PERAWAT

Kompetensi Perawat Berdasarkan SKKNI (Standar Kerja Kompetensi Nasional Indonesia) ini mengacu pada enis vokasional secara general, SKKNI ini merupakan upaya Dinas Kesehatan Indonesia dalam rangka untuk menggeneralisasikan bahwa perawat adalah pekerja yang tidak perlu untuk mendapatkan hak yang lebih tinggi, namun demikian. masih banyak perseteruan yang dihadapi dalam penerapan SKKNI bagi perawat. PPNI sebagai induk organisasi perawat Nasional Indonesia telah berupaya dalam standarisasi kompetensi perawat Indonesia supaya dapat menerapkan standar yang sama dengan negara-negara lain.

Standar-standar keperawatan Nasional berdasarkan SKKN adalah sebagai berikut:
A. Standar Kompetensi Umum
1. KES.PG01.001: Bertanggung Gugat Dan Bertanggung Jawab Terhadap Keputusan Dan Tindakan Profesional. download
2. KES.PG01.002: Mengenal Batas Peran Dan Kompetensi Diri Sendiri. download
3. KES.PG01.003: Menghormati Hak Privasi Pasien/Klien.download
4. KES.PG01.004: Mengakui Potensi Pendidikan Kesehatan Dalam Intervensi Keperawatan.download
5. KES.PG01.005: Menerapkan Berbagai Metode Pembelajaran Dalam Upaya Promosi Kesehatan.download
6. KES.PG01.006:Mengevaluasi Pembelajaran Dan Pemahaman Tentang Praktik Kesehatan.download
7. KES.PG01.007:Melaksanakan Pengkajian Keperawatan Dan Kesehatan Yang Sistematis download
8. KES.PG01.008:Merumuskan Rencana Asuhan Sedapat Mungkin Berkolaborasi Dengan Pasien/Klien Dan/Atau Pemberi Asuhan/Pelayanan (Career). download
9. KES.PG01.009:Membuat Prioritas Asuhan Sedapat Mungkin Berkolaborasi Dengan Pasien/Klien Dan/Atau Pemberi Asuhan. download
10. KES.PG01.010:Mendokumentasikan Rencana Asuhan Keperawatan. download
11. KES.PG01.011:Mengevaluasi Dan Mendokumentasikan Kemajuan Arah Pencapaian Hasil Yang Diharapkan. download
12. KES.PG01.012:Berkomunikasi Dengan Sikap Yang Dapat Memberdayakan Klien/Pasien dan/atau Pemberi Asuhan. download
13. KES.PG01.013:Menunjukkan Kesadaran Tentang Penerapan Pengembangan Dalam Bidang Teknologi. download
14. KES.PG01.014:Menggunakan Alat Pengkajian Yang Tepat Untuk Mengidentifikasi Faktor Resiko Aktual Dan Potensial. download
15. KES.PG01.015:Memastikan Pemberian Substansi Terapeutik Yang Aman. download
16. KES.PG01.016:Mengimplementasikan Prosedur Pengendalian Infeksi. download
17. KES.PG01.017:Menerapkan Hubungan Interprofesional Dalam Pelayanan Keperawatan/ Kesehatan. download
18. KES.PG01.018:Mengkontribusi Pada Kerja Tim Multidisiplin Yang Efektif Dengan Memelihara Hubungan Kolaboratif. download
19. KES.PG01.019:Menghargai peran dan ketrampilan semua anggota tim pelayanan kesehatan dan sosial. download
20. KES.PG01.020:Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan yang profesional. download
21. KES.PG01.021:Berpartisipasi dalam peningkatan mutu dan prosedur penjamin mutu. download
22. KES.PG01.022:Berkontribusi pada pengembangan pendidikan dan profesional peserta didik. download
23. KES.PG01.023:Menggunakan kesempatan untuk belajar bersama dengan orang lain yang berkontribusi pada pelayanan kesehatan. download

2. Kompetensi tensi Inti
1.PG02.001:Menerapkan Strategi Berubah Dalam Promosi Kesehatan .download
2.PG02.002:Memfasilitasi Praktik Budaya Dalam Promosi Kesehatan Klien/Pasien. .download
3.PG02.003:Memfasilitasi Klien/Pasien Untuk Mendapatkan Dukungan Dari Kelompoknya (Support System). download
4.PG02.004:Mengkoordinasikan Kegiatan Keperawatan Untuk Memfasilitasi Kesinambungan Pelayanan.download
5.PG02.005:Menyusun Rencana Pembelajaran Bersama Klien/ Pasien.download
6.PG02.006:Melaksanakan Rencana Pembelajaran.download
7.PG02.007:Mengevaluasi hasil pembelajaran.download
8.PG02.008:Memfasilitasi Klien/Pasien Untuk Memilih Rencana Promosi Kesehatan Sendiri.download
9.PG02.009:Menggunakan Prinsip Belajar Mengajar Dalam Promosi Kesehatan.download
10.PG02.010:Memberi Bimbingan Antisipasi Pada Fase Krisis Perkembangan.download
11.PG02.011:Mengajarkan Kebiasaan Sehat Terkait Dengan Kegiatan/Latihan Fisik.download
12.PG02.012:Mengajarkan Penggunaan Strategi Koping Yang Sehat Untuk Mengatasi Masalah Kehidupan.download
13.PG02.013:Mengajarkan Kebiasaan Hidup Sehat Terkait Dengan Gizi.download
14.PG02.014:Mengajarkan Keseimbangan Antara Istirahat Dengan Kegiatan.download
15.PG02.015:Mengajarkan Strategi Pengurangan Stres.download
16.PG02.016:Mengajarkan Praktik Kesehatan Terkait Dengan Kebersihan/Hygiene.download
17.PG02.017:Melakukan Skrining Kesehatan.download
18.PG02.018:Mengidentifikasi Resiko Keamanan/Keselamatan Yang Nyata Dan Potensial Terhadap Klien/Pasien.download
19.PG02.019:Merencanakan Penanggulangan Resiko Bersama Klien/Pasien. download
20.PG02.020:Melaksanakan Penanggulangan Resiko Kesehatan.download
21.PG02.021:Menggunakan Langkah/Tindakan Aman Untuk Mencegah Cidera Pada Klien/Pasien.download
22.PG02.022:Melaksanakan Pendidikan Kesehatan Tentang Masalah Atau Isu Kesehatan Yang Dapat Dicegah Dan Konsekuensinya.download
23.PG02.023:Melaksanakan Strategi Untuk Mencegah Kekerasan Dan Penelantaran Di Rumah Tangga.download
24.PG02.024:Melaksanakan Strategi Terkait Dengan Pencegahan/Deteksi Dini Terhadap Penyakit/Masalah Kesehatan.download
25.PG02.025:Menjalankan Strategi Terkait Dengan Pencegahan Prilaku Adiksi.download
26.PG02.026:Melaksanakan Strategi Untuk Memperkecil Resiko Masalah Kesehatan Jiwa.download
27.PG02.027:Melaksanakan Strategi Pencegahan Terkait Dengan Keamanan Tempat Kerja.download
28.PG02.028:Mengevaluasi Efektifitas Tindakan/Langkah-Langkah Pencegahan Terhadap Klien/Pasien.download
29.PG02.029:Melaksanakan Tindakan Untuk Menjaga Keselamatan Diri..download
30.PG02.030:Melaksanakan Kontrak Asuhan Kuratif/Suportif Dengan Menggunakan Prinsip Belajar-Mengajar.download
31.PG02.031:Mempersiapkan Klien/Pasien Untuk Prosedur Diagnostik Dan Penatalaksanaan Dengan Mempergunakan Sumber-Sumber Yang Sesuai/ Tepat.download
32.PG02.032:Memberikan Asuhan Kepada Klien/Pasien Selama Menjalani Pre-Operative.download
33.PG02.033:Memberikan Asuhan Kepada Klien/Pasien Selama Intra Operative..download
34.PG02.034:Memberikan Asuhan Kepada Klien/Pasien Selama Post-Operative..download
35.PG02.035:Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan oksigen..download
36.PG02.036:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Sirkulasi/ Peredaran Darah..download
37.PG02.037:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit..download
38.PG02.038:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Per Oral..download
39.PG02.039:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Parenteral..download
40.PG02.040:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin..download
41.PG02.041:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal..download
42.PG02.042:Memfasilitasi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Perenteral..download
43.PG02.043:Meningkatkan Kemampuan Klien/Pasien Dalam Mempertahankan Postur Tubuh Yang Tepat..download
44.PG02.044:Memelihara Keutuhan Jaringan Kulit..download
45.PG02.045:Melakukan Perawatan Luka.download
46.PG02.046:Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman..download
47.PG02.047:Memantau Perubahan Kondisi Kesehatan Klien/Pasien..download
48.PG02.048:Mengkomunikasikan Informasi Penting Kepada Anggota Tim Kesehatan Tentang Kondisi Klien/Pasien..download
49.PG02.049:Memodifikasi Rencana Asuhan Untuk Disesuaikan Dengan Perubahan Kondisi Klien/Pasien..download
50.PG02.050:Memberikan Obat Secara Aman Dan Tepat..download
51.PG02.051:Membantu Mengelola Nyeri Dengan Tindakan Tanpa Bantuan Obat..download
52.PG02.052:Membantu Mengelola Nyeri Dengan Bantuan Obat..download
53.PG02.053:Mengelola Pemberian Darah Dan Produk Darah Secara Aman..download
54.PG02.054:Mengelola Pemberian Terapi Melalui CVC (Central Venous Catheter)..download
55.PG02.055:Menerapkan Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi Nosokomial..download
56.PG02.056:Melakukan Evaluasi Hasil Implementasi Asuhan Keperawatan..download
57.PG02.057:Mempersiapkan Kepulangan Klien/Pasien..download
58.PG02.058:Memberikan Perawatan Pendukung Kepada Klien/Pasien Dengan Penyakit Kronis..download
59.PG02.059:Memberikan Pelayanan Yang Sensitif Terhadap Klien/Pasien Yang Mengalami Kehilangan/Berduka..download

C. Standar Kompetensi Khusus
1. PG03.001:Memfasilitasi Pilihan Klien/Pasien Untuk Menggunakan Terapi Alternatif .download
2. PG03.002:Menggunakan Teknologi Informasi Yang Tersedia Secara Efektif Dan Tepat .download

Senin, 08 November 2010

Membuat Judul Penelitian

Sebelum anda membuat judul penelitian, langkah petama yang anda lakukan adalah memilih peminatan riset apa yang akan anda jadikan penelitian tersebut. Pemilihan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan minatan serat sumber yang tersedia. Langkah ini dilakukan agar anda termotivasi untuk menyelesaikan karya tulis, di samping itu anda tidak merasa terbebani dengan penulisannya. Motavasi penting anda peroleh, supaya lancar dalam penyelesaiannya. Banyak diskusi dengan teman, dosen pembimbing untuk menggali minatan dalam karya tulis tersebut.

Setelah merasa yakin dengan peminatan tersebut, berikutnya mencari fenomena/ masalah dalam penelitian. Identifikasi masalah dalam sebuah penelitian amat penting untuk melihat sejauh mana fenomena yang sudah ada. Dalam menemukan fenomena anda harus banyak membuka referensi dari jurnal, hasil penelitian orang lain, ataupun program pemerintah. Coba cari di berbagai jurnal, surat kabar/ majalah yang terkait dengan fenomena tersebut, langkah yang lebih mudah untuk mencari melalui mesin pencarian di internet, baik lewat google ataupun yahoo. Contoh masalah dibawah ini : angka imunisasi TT 75% di desa Anjatan, sedang target yang ingin di capai di Puskesmas tersebut adalah 85%. Penulisan masalah yang anda cari terutama pada variabel dependen. Semakin banyak mendapatkan fenomena tersebut semakin menarik penelitian itu, sehingga akan memperkaya hasanah penelitian anda. Maka untuk menemukan masalah anda banyak mengumpulkan beberapa sumber, dan ingat dalam mengumpulkan fenomena, sumber yang diperoleh di tulis/ dicatat dengan benar dan lengkap.

Setelah menemukan masalah penelitian berikutnya adalah mencari referensi sesuai dengan masalah tersebut. Referensi bisa dicari dari jurnal, buku, majalah, penelitian orang lain, juga bisa dari kontak person dengan ahli, yang penting dicatata sumber tersebut dengan lengkap. Buatlah catatan referensi secara lengkap dan tidak perlu menuliskan sesuai dengan aturan terlebih dahulu. Membuat referensi sesuai dengan aturan dari institusi (pedoman yg dibuat) sebaiknya gunakan shoftwer yang tersedia, seperti endNot. Dengan shoftwer tersebut memudahkan anda dalam menuliskan sumber atau referensi.

Kemudian setelah dipelajari referensi tersebut, usahakan untuk menyusun kerangka teori yang anda dapatkan dari berbagai referensi. Sebaiknya kerangka teori dibuat dalam bentu bagan. Bila sumber/ referensi tidak dituliskan dalam bentuk bagan dapat dimodifikasi teori tersebut oleh anda berbentuk bagan, sesuai dengan pemahaman tentang teori yang menjadikan topik penelitian. Setelah menyusun kerangka teori dalam bentuk bagan coba mendiskusikan denga teman atau pembimbing apa yang akan anda teliti, sebaiknya anda mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan sendiri untuk dijawab.

Kalau sudah yakin melakukan penelitian sesuai dengan kemampuan coba tuangkakn konsep tersebut dalam bentuk kerangka konsep. Dalam menyusun kerangka konsep yang harus diperhatikan, apakah penelitian menunjukan hubungan antar variabel, atau merupakan variabel tunggal. Pendekatan yang di pilih sebagai peneliti pemula sebaknya pendekatan penelitian kuantitaif, kecuali anda dan pembimbing anda merasa mampu, misalnya dalam penelitian keperawatan/ kebidanan jenis penelitian tindakan, study kasus, atau eviden base riset. Buatlah penelitian deskriptif sebagai peneliti pemula, yakni hanya satu variabel yang akan anda uji, atau penelitian bivariat yakni menguji dua variabel yang berbeda (dependen-independen), sesuaikan dengan kemampuan anda, dan diskusikan dengan pembimbing. Dalam penelitian deskriptif tidak mesti/ perlu membuat kerangka konsep dan hipotesa, jadi anda cukup membuat kerangka teori. Sedang bila memilih penelitian untuk menguji hubungan antara dua variabel yang berbeda maka lakukan uji hipotesa, buatlah kerangka konsep.

Ketika sudah mengikuti tahapan tersebut di atas maka anda dan pembimbing dapat menentukan judul penelitian sesuai dengan syarat. Kesulitan biasanya anda tidak mempelajari hasil penelitian orang lain, baik itu jurnal maupun penelitian yang lain, atau anda menelan mentah mentah penelitian orang untuk di copy/ jiplak, padahal anda tidak paham. Silahkan anda mencoba mudah-mudahan anda bisa.

Membuat Judul Penelitian

Sebelum anda membuat judul penelitian, langkah petama yang anda lakukan adalah memilih peminatan riset apa yang akan anda jadikan penelitian tersebut. Pemilihan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan minatan serat sumber yang tersedia. Langkah ini dilakukan agar anda termotivasi untuk menyelesaikan karya tulis, di samping itu anda tidak merasa terbebani dengan penulisannya. Motavasi penting anda peroleh, supaya lancar dalam penyelesaiannya. Banyak diskusi dengan teman, dosen pembimbing untuk menggali minatan dalam karya tulis tersebut.

Setelah merasa yakin dengan peminatan tersebut, berikutnya mencari fenomena/ masalah dalam penelitian. Identifikasi masalah dalam sebuah penelitian amat penting untuk melihat sejauh mana fenomena yang sudah ada. Dalam menemukan fenomena anda harus banyak membuka referensi dari jurnal, hasil penelitian orang lain, ataupun program pemerintah. Coba cari di berbagai jurnal, surat kabar/ majalah yang terkait dengan fenomena tersebut, langkah yang lebih mudah untuk mencari melalui mesin pencarian di internet, baik lewat google ataupun yahoo. Contoh masalah dibawah ini : angka imunisasi TT 75% di desa Anjatan, sedang target yang ingin di capai di Puskesmas tersebut adalah 85%. Penulisan masalah yang anda cari terutama pada variabel dependen. Semakin banyak mendapatkan fenomena tersebut semakin menarik penelitian itu, sehingga akan memperkaya hasanah penelitian anda. Maka untuk menemukan masalah anda banyak mengumpulkan beberapa sumber, dan ingat dalam mengumpulkan fenomena, sumber yang diperoleh di tulis/ dicatat dengan benar dan lengkap.

Setelah menemukan masalah penelitian berikutnya adalah mencari referensi sesuai dengan masalah tersebut. Referensi bisa dicari dari jurnal, buku, majalah, penelitian orang lain, juga bisa dari kontak person dengan ahli, yang penting dicatata sumber tersebut dengan lengkap. Buatlah catatan referensi secara lengkap dan tidak perlu menuliskan sesuai dengan aturan terlebih dahulu. Membuat referensi sesuai dengan aturan dari institusi (pedoman yg dibuat) sebaiknya gunakan shoftwer yang tersedia, seperti endNot. Dengan shoftwer tersebut memudahkan anda dalam menuliskan sumber atau referensi.

Kemudian setelah dipelajari referensi tersebut, usahakan untuk menyusun kerangka teori yang anda dapatkan dari berbagai referensi. Sebaiknya kerangka teori dibuat dalam bentu bagan. Bila sumber/ referensi tidak dituliskan dalam bentuk bagan dapat dimodifikasi teori tersebut oleh anda berbentuk bagan, sesuai dengan pemahaman tentang teori yang menjadikan topik penelitian. Setelah menyusun kerangka teori dalam bentuk bagan coba mendiskusikan denga teman atau pembimbing apa yang akan anda teliti, sebaiknya anda mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan sendiri untuk dijawab.

Kalau sudah yakin melakukan penelitian sesuai dengan kemampuan coba tuangkakn konsep tersebut dalam bentuk kerangka konsep. Dalam menyusun kerangka konsep yang harus diperhatikan, apakah penelitian menunjukan hubungan antar variabel, atau merupakan variabel tunggal. Pendekatan yang di pilih sebagai peneliti pemula sebaknya pendekatan penelitian kuantitaif, kecuali anda dan pembimbing anda merasa mampu, misalnya dalam penelitian keperawatan/ kebidanan jenis penelitian tindakan, study kasus, atau eviden base riset. Buatlah penelitian deskriptif sebagai peneliti pemula, yakni hanya satu variabel yang akan anda uji, atau penelitian bivariat yakni menguji dua variabel yang berbeda (dependen-independen), sesuaikan dengan kemampuan anda, dan diskusikan dengan pembimbing. Dalam penelitian deskriptif tidak mesti/ perlu membuat kerangka konsep dan hipotesa, jadi anda cukup membuat kerangka teori. Sedang bila memilih penelitian untuk menguji hubungan antara dua variabel yang berbeda maka lakukan uji hipotesa, buatlah kerangka konsep.

Ketika sudah mengikuti tahapan tersebut di atas maka anda dan pembimbing dapat menentukan judul penelitian sesuai dengan syarat. Kesulitan biasanya anda tidak mempelajari hasil penelitian orang lain, baik itu jurnal maupun penelitian yang lain, atau anda menelan mentah mentah penelitian orang untuk di copy/ jiplak, padahal anda tidak paham. Silahkan anda mencoba mudah-mudahan anda bisa.