Rabu, 07 Maret 2012

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan keputusan ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan.  (1)
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena ASI mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sejak lahir, bayi seharusnya di beri ASI saja sampai usia 6 bulan yang di sebut sebagai ASI eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI di teruskan hingga anak berusia 2 tahun, setelah berusia 6 bulan bayi baru boleh di berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk dan jumlah yang sesuai dengan umur bayi. (2)
ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI mengandung kolostrum, yaitu ASI yang keluar pada hari – hari pertama setelah kelahiran bayi, berwarna kekuning – kuningan dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. (3)
Dalam kolostrum tersimpan lebih dari 20 jenis antibodi alami, yang ampuh menaklukkan mikroorganisme penyebab penyakit, seperti E, Coli, Salmonella SP., Candida SP., Streptococcus SP., Staphylococcus SP. Jadi dengan memberikan kolostrum, bayi akan lebih tahan terhadap berbagai serangan penyakit di banding bayi yang tidak mendapatkan ASI pada 96 jam pertama kelahirannya. Selain itu juga mampu memacu tumbuh kembang bayi, membantu tulang, otot, jaringan syaraf, kulit dan organ-organ tubuh, sekaligus membantu pemulihan kerusakan jaringan. Dan yang paling penting disini, terbukti bahwa bayi memiliki kontrol emosi lebih baik. (4)
Menyusui secara ekslusif dapat bermanfaat menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi (MAL), dengan menyusui secara ekslusif ibu juga tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan.
Menyusui bayi akan memperkuat ikatan batin ibu-anak. Rasa aman dalam diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati sentuhan kulit yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang telah dikenalnya selama dalam kehamilan. Kondisi tersebut merupakan dasar bagi perkembangan emosi yang hangat pada diri anak. Melalui proses menyusui, anak akan belajar berbagi dan memberikan kasih sayang pada orang-orang di sekitarnya. (4)
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007. UNICEF menyimpulkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%. Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia dibawah 2 tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisir melalui pemberian ASI secara eksklusif. Oleh sebab itu ASI eksklusif dijadikan sebagai prioritas program negara berkembang ini. (5)
ASI eksklusif memiliki manfaat yang sangat besar, maka sangat disayangkan bahwa pada kenyataan penggunaan ASI eksklusif belum seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena ibu sibuk bekerja dan hanya diberi cuti melahirkan selama 3 bulan, serta masih banyak ibu yang masih beranggapan salah sehingga ibu tidak menyusui bayinya secara eksklusif. Selain itu ibu takut menyusui karena akan merubah bentuk payudara ibu menjadi jelek dan ibu takut ditinggal suami, takut badan tetap gemuk. Serta masih adanya mitos atau anggapan bahwa bayi yang tidak diberi ASI tetap berhasil menjadi orang, sedangkan bayi yang diberi ASI bayinya akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja. Dan alasan lain ibu memberikan makanan pendamping ASI karena ibu merasa ASI nya tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya sehingga ibu memilih susu formula karena lebih praktis. (6) Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dalam waktu jangka panjang akan mengakibatkan anak kurang gizi sehingga dapat mempengaruhi perkembangan otak. (7)
Pemberian ASI eksklusif pada bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor predisposisi (predisposising faktor) yaitu pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, pengertian ASI eksklusif serta mitos-mitos yang tidak benar jika memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Faktor Pemungkin (enabling faktor) yaitu sarana dan prasana ibu menyusui misalnya tersedianya tempat untuk memberikan ASI pada bayi di tepat-tempat umum. Serta Faktor Penguat (reinfocing faktor) misalnya perilaku contoh (acuan) serta himbauan dari petugas kesehatan akan pentingnya ASI eksklusif dan peraturan pemerintah seperti cuti hamil selama 6 bulan. (8)
Mempersiapkan ibu selama hamil untuk pemberian ASI eksklusif. Baik nutrisi ataupun pengetahuan tentang ASI eksklusif  meliputi (pengetahuan mengenai pengertian ASI eksklusif, manfaat, cara menyusui serta mitos yang tidak benar tentang ASI eksklusif )  sangat memegang peranan penting untuk pemberian ASI eksklusif.  Pengalaman dalam penggunaan ASI menunjukan bahwa hambatan utama penggunaan ASI ternyata adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI dan menyusui pada Ibu (6).  Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI (2). Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (ASI eksklusif seri I).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember di Bongas Kulon kecamatan sumberjaya wilayah kerja Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka tahun 2010, dari 30 ibu menyusui yang diwawancarai tentang  pengetahuan ibu menyusui tentang Asi eksklusif  misalnya pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, tehnik menyusui yang benar dan mitos – mitos menyusui 10ibu diantaranya menjawab bahwa ASI eksklusif adalah ibu memberikan ASI kepada bayinya selama minimal 6 bulan saja tidak disertai pemberian makanan tambahan lainnya misalnya multivitamin, madu dan pisang sebagai makanan  tambahan lainnya. 20 orang (66.7%) ibu menyusui dari hasil studi pendahuluan mengatakan tidak mau memberikan ASI saja kepada bayi karena ditakutkan nantinya bayi akan mengalami kurang gizi dan kurus.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan  tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif  dengan keputusan ibu memberikan ASI eksklusif  pada bayi di  Desa Bongas Kulon kecamatan xxx wilayah kerja Puskesmasxxxjaya Kabupatenxxxx tahun xxxxx. 
klo mau lbih lengkap download aja disini.. tapi ada dana nya brayy.. bermonta?? mesej aja ke fb ane...

Selasa, 06 Maret 2012

Gambaran Persepsi siswa tentang penyakit menular seksual di xxxx Kabupaten xxxx tahun xxxx


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Penyakit menular seksual atau biasanya di singkat PMS adalah suatu gangguan/ penyakit yang di tularkan di satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pertama sekali penyakit ini sering di sebut “penyakit kelamin” atau veneral disease, tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah penyakit hubungan seksual/ seksually tranmittend diseaseatau secara umum disebut penyakit menular seksual (PMS). Penyakit menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus di anggap serius. (1)
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan terkana emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali live events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. (2)
Hasil survey dasar KRR (kesehatan reproduksi remaja) yang dilakukan BKKBN terhadap 288 responden usia 15-24 tahun di 6 Kabupaten Jawa Barat pada Mei 2002 di peroleh data sekitar 39,65% remaja Jawa Barat pernah melakukan hubungan seksual pra nikah, sedangkan hasil survey BKKBN memperlihatkan di Indonesia menjadi 2,4 juta kasus aborsi per tahun dan sekitar 21% di lakukan oleh remaja. Angka PMS pada mencapai 4,185 dan 50% nya dari jumlah penderita HIV/ AIDS di Jawa Barat berusia sekitar 15-29 tahun.(3)
Pergaulan bebas di generasi muda Indonesia kini menjadi tak terbantahkan, budaya barat telah membunuh budaya ketimuran kita yang lebih di kenal beradab, di sini saya tidak menyebut budaya barat tidak beradab. Tetapi ada berbagai banyak perbedaan budaya yang terlampau jauh sehingga bangsa Indonesia mengalami pergeseran budaya. Pergaulan ini mungkin trend tersendiri untuk menyebut diri kita sebagai kaum metropolis. Namun yang harus di dasari adalah ada begitu efek samping negatif dari pergaulan bebas, salah satunya penyakit menular seksual. Jika kita melakukan hubungan seksual dengan orang lain walaupun hanya sesekali  kita dapat terkena penyakit menular seksual PMS.(1)
Perilaku reproduksi yang tidak sehat pada anak dan remaja seperti melakukan hubungan seksual di luar pernikahan yang sah atau dengan beganti ganti pasangan yang mengakibatkan infeksi PMS termasuk HIV/AIDS, kehamilan tidak di inginkan, aborsi, dan tindakan kekerasan yang menjurus kearah kriminal.(4)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di xxxxx Kabupaten xxxxx, dari 10 responden melalui wawancara, didapat 6 responden kurang mengerti mengenai penyakit menular seksual karena mereka menganggap bahwa hubungan seksual tidak berbahaya. Sehingga apabila mereka melakukan hubungan seksual lebih dari 1x, dan tanpa menggunakan alat pelindung, maka kemungkinan mereka akan terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) atau bahkan mungkin akan terjadi kehamilan diluar nikah.
Oleh karena berdarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi siswa tentang penyakit menular seksual di xxxx Kabupaten xxxx tahun xxxx”. untuk lebih lengkap download aja disini bab1 smape akhir.. tapi ada dananya brayyy.. mesej aja ke fb ane klo minat..