Senin, 18 April 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN METABOLISME PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN METABOLISME PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

  1. Asuhan keperawatan pada pasien Gout/Pirai

Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari.

Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menunpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.

Hiperurecemia merupakan hasil:

- meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal

- menurunnya ekskresi asam urat

- kombinasi keduanya

Gout sering menyerang wanita post menopouse usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.

Pengkajian Keperawatan

Riwayat Keperawatan

- Usia

- Jenis kelamin

- nyeri (pada ibu jari kaki atau sendi-sendi lain)

- kaku pada sendi

- aktivitas (mudah capai)

- diet

- keluarga

- pengobatan

- pusing, demam, malaise, dan anoreksi

- takikardi

- pola pemeliharaan kesehatan

- penyakit batu ginjal

Pemeriksaan fisik

- identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan

- nyeri tekan pada sendi yang terkena

- nyeri pada saat digerakkan

- area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)

- denyut jantung berdebar

- identifikasi penurunan berat badan

Riwayat Psikososial

- cemas dan takut untuk melakukan kativitas

- tidak berdaya

- gangguan aktivvitas di tempat kerja

Pemeriksaan diagnostik

- asam urat

- sel darah putih, sel darah merah

- aspirasi sendi terdapat asam urat

- urine

- rontgen

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya radang pada sendi

2. Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri sendi

3. Potensial terjadi perubahan pola miksi b.d adanya batu atau insufisiensi ginjal

4. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan di rumah

5. Gangguan integritas kulit b.d tophi (tofi)

6. Resiko : nyeri b.d batu ginjal

Perencanaan dan Implementasi

  1. Gangguan rasa nyaman nyeri

Klien akan menunjukkan tingkat kenyamanan yang lebih baik (rasa nyeri berkurang)

- Istirahatkan sendi yang sakit dan berikan bantal dibawahnya

- Berikan kompres hangat

- Hindarkan factor penyebab munculnya iritasi pada tofi

- Berikan obat sesuai program

- Monitor efek samping obat

  1. Gangguan mobilitas fisik

Pasien akan meningkatkan aktivitas sesuai kemampuan

- anjurkan pasien untuk melakukan gerakan-gerakan bila tidak ada rasa nyeri

- Lakukan ambulasi dengan bantuan missal dengan menggunakan “walker” atau tongkat

- Lakukan ROM secara berhati-hati

  1. Kurang pengetahuan

Pasien dan keluarga akan meningkat pemahaman tentang penyakit gout dan cara perawatannya

- Jelaskan proses perjalanan penyakit

- Berikan jadwal/program pengobatan (nama obat, dosis, tujuan dan efek samping)

- Diskusikan pentingnya diit yang terkontrol

  1. Asuhan keperawatan pada pasien Osteoporosis

Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang berhubungan dengan usia ditandai adanya demineralisasi tulang yang berakibta menurunnya kepedatan tulang dan fraktur.

Patofisiologi

Masa tulang atau kepadatan tulang mencapai puncak pada usia 30- 35 tahun. Setelah mencapai puncak, tulang akan kehilangan Kalsium dari kortek, jaringan padat, lama kelamaan tulang keropos dan patah. Masa tulang akan menurun secara cepat pada masa postmenopouse

Diperkirakan 50% wanita usia lebih dari 65 tahun memiliki gejala osteoporosis. Osteoporosis dibedakan menjadi dua:

1. Osteopoprosis primer (paling umum) dibedakan menjadi dua (post menopouse terjadi pada usia 55 - 65 tahun & Senil osteoporosis terjadi pada lansia usia > 65 tahun)

2. Osteoporosis sekunder diakibatkan oleh kondisi medis seperti hiperparathyroid, penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama dan lain-lain.

Patofisiologi secara pasti masih belum diketahui, namum diperkirakan oleh karena terjadinya penurunan aktivitas osteoblast dan peningkatan osteoklast

Etiology

Penyebab osteoporosis belum diketahui secara pasti, namun diidentifkiasi beberapa factor resiko memiliki andil terhadap terjadinya osteoporosis:

- lebih banyak terjadi pada wanita kulit pu tih, sesudah menopouse

- kurus

- latihan tidak teratur

- malabsorbsi

- diit

- kekurangan protein

- kekurangan protein

- alcohol

- rokok

- kafein

- Heriditer

- Usia Lanjut

Pencegahan

Ditujukan untuk meminimalisasi factor resiko yang mungkin, penekanannya adalah pada 3 faktor yaitu pengobatan, diet, dan latihan

Pengkajian

Riwayat Kesehatan

- usia, jenis kelamin, suku

- bentuk tubuh, Tinggi badan dan Berat Badan

- paparan dengan sinar matahari, rokok, penggunaan alcohol dan rokok

- Diit (Calcium dan Vitamin D)

- Latihan rutin dan type latihan

- Kesehatan sekarang (pengelolaan medis sekarang)

- Pengobatan dahulu dan sekarang

- Keluarga

- Riwayat jatuh atau pergerakan yang tiba-tiba

- Nyeri punggung atau panggul

- Adanya rasa nyeri tekan pada daerah bawah thorak, lumbal

Riwayat Psikososial

- adanya gangguan body image

- ketidakmampuan untuk duduk secara fit

- perubahan pola seksual

- perubahan status psikologi

- cemas dan takut terhadap program pengobatan

Pemeriksaan Fisik

Lakukan penekanan pada punggung apakah ada nyeri tekan

Adanya nyeri pergerakan

Amati adanya kelainan bentuk

Periksa mobilitas

Test Laborat

Tidak ada test laborat definitive untuk menegakkan diagnosa osteoporosis primer.

Test yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa osteoporosis sekunder atau gangguan metabolisme tulang adalah serum Calcium, Vit D, Posfor, Alkaline Phosfatase, Calcium dalam Urine, Serum protein, fungsi thyroid.

Test radiology ( CT)

Biopsi tulang

Diagnosa Keperawatan

1. Potensial cedera (fraktur) b.d demineralisasi, jatuh

2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, disfungsi, nyeri otot

3. Nyeri b. d fraktur

4. Intoleran terhadap aktivitas b.d nyeri dan gangguan mobilitas fisik

5. Cemas b.d takut akan terjadi fraktur ulang

6. Konstipasi b.d khyposis berat

7. Tidak efektifnya pola nafas b.d. rusaknya tulang belakang

8. Tidak efektifnya koping individu b.d. perkembangan penyakit kronik, perubahan bentuk tubuh

9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tdak adequatnya intake Calcium

10. Gangguan body image b.d kelainan bentuk tulang belakang

11. Gangguan disfungsi seksual b.d nyeri punggung

12. Kurang pengetahuan b.d pengelolaan atau program treatmen

Potensial cedera (fraktur) b.d demineralisasi, jatuh

Tujuan: klien tidak akan mengalami jatuh dan fraktur akibat jatuh

- identifikasi dan hindari lingkungan yang memiliki potensial bahaya

- Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya untk klien selama di rumah sakit

- Sediakan support ambulasi bila diperlukan

- Ketika membantu melakukan ADL, cegah klien dari bahaya kecelakaan

- Anjurkan untuk tidak melakukan gerakan yang tiba-tiba, tidak mengangkat benda berat

- Ajarkan pentingnya mengkonsumsi makanan yang dapat mengurangi keparahan osteoporosis

- Jelaskan tentang efek samping merokok

Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, disfungsi, nyeri otot

Tujuan: Klien akan meningkatkan mobilitas fisik sampai batas tidak tergantung dalam memenuhi ADL

- Konsultasikan pada ahli therapy fisik

- Beritahu dan ajarkan pentingnya latihan

- Konsultasikan dengan okupasiterapi

- Ajarkan cara-cara menggunakan alat bantu gerak

Nyeri b. d fraktur vertebrae

Tujuan: Klien akan turun tingkat nyerinya dan tidak tergantung dalam perawatan dirinya

- kaji perlunya digunakan obat anti nyeri

- Pertahankan alat yang digunakan untuk memfiksasi fraktur vertebrae

- Kaji kulit dimana alat dipasang dapat menekan

- Pasang letakkan secara tepat alat yang ada ketika pasien akan bangun dari tempat tidur

- Gunakan lotion untuk mengurangi rasa nyeri bila perlu


0 komentar: